oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah -hafizhahullah-
[Pengasuh Ponpes Al-Ihsan Gowa, Sulsel]
Dalam
dekade 2000-an ini, ada sebuah perubahan dahsyat pada kehidupan kaum
muslimin, akibat adanya gesekan dan pergaulan dengan non-muslim. Adanya
hubungan itu, karenanya adanya kebutuhan masing-masing orang dalam
menyelesaikan hajatnya.
Kita ambil contoh –misalnya- para pedagang besar yang membuka berbagai macam pusat perbelanjaan.
Dengan ini, mereka membuka peluang kerja bagi mereka yang membutuhkan
pekerjaan. Si pedagang besar biasanya kafir, sedang si pekerja adalah
mayoritas muslim.
Jelas dari hubungan kerja ini,
si pedagang adalah pimpinan bagi para pekerja. Sisi inilah yang
dimanfaatkan oleh para pedagang besar dari kalangan kaum kafir untuk
menyebarkan agama dan pemikiran sesat yang mereka yakini.
Contoh konkrit ada di depan mata anda!! Jika anda berjalan-jalan ke pusat-pusat perbelanjaan kaum kafir di Makassar
atau tempat lainnya, maka bola mata anda yang bulat akan meneropong
sebuah pemandangan miris lagi tragis, adanya para pekerja menggunakan
simbol dan syiar Kristiani dengan menggunakan topi Sinterklas, toko-toko
dihiasi dengan berbagai hiasan-hiasan natal, mulai pohon natal yang
dihias permen natal, lampu natal, permen tongkat (candy cane), sampai kepada kaos kaki natal.
Semua ini merupakan syiar
agama Kristiani (Nasrani) yang “paksakan” atas pekerja yang muslim,
maupun yang kafir. Ini jelas merupakan bentuk penjajahan atas agama,
pribadi dan hak asasi kaum muslimin. Atribut dan simbol Kristiani ini
digambarkan dan disamarkan dengan propaganda bahwa itu adalah hal yang
biasa, kemajuan, dan ungkapan rasa gembira yang tak terlarang!!
Subhanallah, sungguh busuk niat-niat mereka.
Di awal tulisan ini kami tak
akan mendatangkan dalil yang melarang kita menggunakan simbol-simbol
kekafiran (termasuk simbol Kristiani). Akan tetapi kami akan terangkan
lebih awal tentang siapa sebenarnya Tokoh Natal yang dikenal dengan
“Sinterklas”.
- Sejarah dan Hakikat Sinterklas
Sinterklas (dalam bahasa lain juga dikenal dengan nama
Santa Claus,
Santo Nikolas,
Santo Nick,
Bapak Natal,
Kris Kringle,
Santy, atau
Santa)
adalah tokoh dalam agama Kristen (Nasrani). Ia dikenal sebagai seorang
yang memberikan hadiah kepada anak-anak, khususnya pada
Hari Natal.
Santa berasal dari tokoh dalam cerita rakyat di Eropa yang berasal dari tokoh
Nikolas dari Myra,
adalah orang Yunani kelahiran Asia Minor pada abad ketiga masehi di
kota Patara (Lycia et Pamphylia), kota pelabuhan di Laut Mediterania,
dan tinggal di Myra, Lycia (sekarang bagian dari Demre, Turki). Ia
adalah anak tunggal dari keluarga Kristen yang berkecukupan bernama
Epiphanius (Ἐπιφάνιος) dan Johanna (Ἰωάννα) atau Theophanes (Θεοφάνης)
dan Nonna (Νόννα) menurut versi lain. Nikolas adalah seorang
uskup yang memberikan hadiah kepada orang-orang miskin
Santo Nikolas dari Myra adalah inspirasi utama untuk figur orang
Kristen tentang Sinterklas. Dia adalah
uskup Myra di
Lycia
pada abad ke 4. Nikolas terkenal untuk kebaikannya memberi hadiah
kepada orang miskin. Dia sangat religius dari awal umurnya dan
mencurahkan hidupnya untuk Kristen. Di
Eropa (lebih tepatnya di
Belanda,
Belgia,
Austria dan
Jerman) dia digambarkan sebagai
uskup yang berjanggut dengan jubah resmi.
Relik dari Santo Nikolas dikirim ke
Bari di
Italia selatan oleh beberapa
pedagang Italia; sebuah
basilika dibangun tahun 1087 untuk memberi mereka rumah dan menjadi daerah ziarah.
Santo Nikolas menjadi dirujuk oleh orang banyak sebagai
Santo pelindung bagi pelaut, pedagang, pemanah, anak-anak, tuna susila, ahli obat, pengacara, pegadaian, tahanan, kota
Amsterdam dan
Rusia.
[1]
Konon kabarnya, Sinterklas
selalu berusaha apabila ia memberi sesuatu, agar tidak dilihat maupun
diketahui oleh si penerima, sesuai dengan ajaran dari Alkitab. Pada
suatu hari ia berusaha untuk membantu seseorang dari sebuah atap rumah
dengan menjatuhkan sekantung uang melalui cerobong asap. Dan kebetulan
uang tersebut jatuh ke dalam kaos kaki yang sedang digantungkan oleh
anak si pemilik rumah untuk dikeringkan di dekat api pemanas. Hal ini
rupanya diketahui oleh si pemilik rumah.
Sejak saat itu timbul
kepercayaan bahwa Sinterklas selalu datang melalui cerobong asap di
waktu tengah malam dan memberi hadiah untuk anak-anak di kaos kaki atau
kantong di dekat ranjang atau di bawah pohon Natal.
Kaus kaki Natal telah menjadi salah satu
hiasan Natal dan
kerajinan tangan
yang populer. Kaus kaki Natal berukuran besar dan dibuat dalam
warna-warni mencolok sehingga tidak bisa dipakai sebagai kaus kaki
sehari-hari. Nama anggota keluarga sering dicantumkan pada kaus kaki
Natal agar
Sinterklas tidak salah meletakkan hadiah.
Pada zaman dulu, anak-anak menggantungkan stoking atau kaus kaki besar di atas
perapian agar mudah dilihat
Sinterklas yang turun dari
cerobong asap. Di rumah zaman sekarang yang tidak memiliki perapian, kaus kaki Natal bisa diletakkan di mana saja.
Dalam beberapa cerita Natal,
Sinterklas
meletakkan hadiah untuk anak-anak di dalam kaus kaki Natal. Kisah lain
mengatakan Sinterklas meletakkan kado Natal yang dibungkus di bawah
pohon Natal. Menurut tradisi
kebudayaan Barat, anak-anak yang tidak berkelakuan manis hanya akan menerima sebuah
batu bara.
Versi lain dari asal-usul menggantung kaos kaki di dekat perapian, seorang
duda miskin memiliki tiga orang anak gadis, namun tidak memiliki uang untuk menikahkan mereka.
[2] Ketiga anak gadis tersebut kemungkinan besar tidak akan pernah menikah bila sang ayah tidak memiliki uang untuk
maskawin
Santo Nikolas alias
Sinterklas
lewat di desa tempat mereka tinggal. Ia mendengar perbincangan penduduk
desa tentang kesulitan sang ayah yang sedang dalam kesulitan. Santo
Nikolas tahu bahwa sumbangan darinya pasti ditolak. Ia berniat
membantunya secara diam-diam, dengan membawa tiga kantong uang
emas, Santo Nikolas masuk ke dalam rumah melalui
cerobong asap ketika mereka sudah tidur.
[2]
Ketika sedang mencari tempat
untuk meletakkan kantong uang emas, Santo Nikolas melihat stoking milik
ketiga anak gadis yang sedang digantung di dekat perapian. Ketiga
kantong uang emas dimasukkannya ke dalam masing-masing stoking, dan
Santo Nikolas segera pergi. Pagi harinya setelah bangun, ketiga anak
gadis itu sangat gembira menemukan kantong uang emas di dalam stoking.
Dengan uang emas tersebut, sang ayah dapat menikahkan ketiga putrinya.
Kisah
tersebut menjadi asal usul tradisi menggantung kaus kaki Natal yang
dimulai anak-anak di Eropa. Kaus kaki yang digantung mulanya kaus kaki
biasa, namun lambat laun diganti dengan kaus kaki Natal yang khusus
dibuat untuk menerima hadiah
Cerita lain dari Sinterklas alias Santa Claus,
ia digambarkan memiliki sekawanan
rusa kutub yang dipakai oleh
Sinterklas untuk menarik
kereta salju berisi hadiah-hadiah
Natal untuk anak-anak. Tim rusa kutub Sinterklas terdiri dari
Dasher dan
Dancer,
Prancer dan
Vixen,
Comet dan
Cupid, serta
Donder dan
Blitzen.
[1] Nama-nama kedelapan ekor rusa tersebut sering disebut orang setelah ditulis dalam puisi
A Visit from St. Nicholas terbitan tahun
1823.
Dalam puisi A Visit from St. Nicholas,
Sinterklas menaiki “kereta salju berukuran miniatur, dan delapan rusa
kutub kecil” serta rusa kutub yang “lebih cepat daripada elang”. Puisi
tersebut tidak menjelaskan tugas masing-masing rusa, namun menyebutkan
bahwa mereka bisa terbang.
Demikian yang dijelaskan oleh
sebagian sumber tentang perihal kehidupan dan asal-usul kakek tua yang
berjenggot ini. Kisah hidupnya memiliki banyak versi sebagaimana halnya
dengan yang disematkan kepadanya. Intinya, ia adalah seorang tokoh Kristiani yang disucikan oleh kebanyakan Umat Kristiani.
Terlepas dari benar tidaknya
berita kehidupan Sinterklas alias Santo Nikolas, ia sudah menjadi simbol
dan syiar bagi umat Kristiani (Kristen alias Nasrani), sampai
Sinterklas dianggap sebagai “Bapak Natal”. Tak heran bila Hari Natal
menjelang, maka gambar dan miniatur serta aksesori yang berhubungan
dengan Sinterklas mulai muncul dan terpajang di toko-toko, jalan-jalan,
dan tempat-tempat umum.
Semua ini tentunya propaganda yang berisi pesan-pesan dan misi Kristiani yang sering tak disadari oleh kaum muslimin. Ini
adalah secuil usaha yang dilancarkan oleh orang-orang Kristen dalam
mendekatkan agama Kristen kepada masyarakat Islam Indonesia yang
mayoritasnya adalah kaum muslimin. Langkah awal ini mereka
lakukan demi membiasakan masyarakat dengan simbol-simbol dan syiar
Kristiani agar terbiasa akrab dengannya. Mereka lebih perhalus lagi
melalui iklan-iklan berbau bisnis, namun hakikatnya adalah kristenisasi terselubung.
Lantaran itu, kaum muslimin harus waspada dan tegas dalam menyikapi mereka. Dalam bekerja di bawah pimpinan mereka, kaum muslimin harus tegas dan punya prinsip!! Jika
bekerja dalam perkara dunia yang dihalalkan, maka kita lakukan. Adapun
jika bekerja pada mereka dengan mengorbankan agama dan merendahkannya,
maka kita harus tegas!!! Jika mereka mengajak kita bekerja sambil
menyebarkan agamanya, maka harus kita tolak demi keyakinan dan agama
kita, Islam.
Nah, salah satu diantara makar
mereka, kaum Kristiani memaksa dan mengharuskan kaum muslimin yang
bekerja pada mereka agar menggunakan simbol dan syiar Kristiani, seperti
menggunakan Topi Sinterklas!! Para pekerja muslim harus menolak
hal ini, jangan pakai topi itu!!! Kalian punya hak asasi di sisi
pemerintah untuk menolak hal itu demi agama kalian yang suci, Islam!!!!
Jadi, kaum muslimin harus tegas, “Agamaku, agamamu”,
artinya aku punya agama, dan kalian pun punya agama, jangan
dicampur-baur!! Sekali Islam, tetap Islam!!! Ini yang dilupakan oleh
mayoritas kaum muslimin pada hari ini. Mereka tak lagi bangga dengan
agamanya dan sebaliknya tidak lagi benci dengan kekafiran.
Padahal
salah satu diantara makna Islam, seorang berlepas diri dari kekafiran
atau kesyirikan dan pemeluknya!!! Ini yang harus kita pegang dan camkan
dalam hati kita sebagai muslim sejati!!
Syaikh Sholih bin Abdillah Al-Fauzan -hafizhahullah- berkata dalam menjelaskan hakikat Islam,
والإسلام
هو الاستسلام لله بالتّوحيد، والانقياد له بالطاعة، والخلوص من الشرك
وأهله، هذا هو الإسلام، وهذا دين جميع الرسل- عليهم الصلاة والسلام
“Islam
adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid (mengesakan Allah),
tunduk kepada-Nya dengan taat (kepada-Nya) dan bersih (berlepas diri)
dari kesyirikan dan pelakunya. Inilah agama semua rasul –alaihimush
sholatu was salam-”. [Lihat I'anatul Mustafid (1/166) karya Syaikh Al-Fauzan, cet. Mu'assasah Ar-Risalah, 1423 H]
Anda lihat bahwa agama Islam yang pernah dibawa oleh para rasul mengandung tiga pilar utama:
Pertama, mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya, tanpa mengangkat tuhan lain yang diibadahi dari selain Allah -Azza wa Jalla-.
Kedua,
senantiasa taat kepada Allah -Ta’ala- dengan mengikuti segala tuntunan
Allah, baik itu masuk akal atau tidak; sesuai perasaan atau tidak!!
Ketiga, berlepas diri
dari perkara yang mengantarkan kepada kesyirikan. Kita membenci segala
syiar dan ajakan kepada kesyirikan dan kekafiran, termasuk diantaranya
simbol Natal ‘Sinterklas’ atau Natal itu sendiri. Karena, semua itu
mengajak manusia kepada kesyirikan dan kekafiran kepada Allah dan
agama-Nya, yaitu Islam!!!
Perlu pula diketahui bahwa Islam agama para rasul (termasuk di dalamnya Nabi Ibrahim, Ya’qub, Musa, dan Isa serta yang lainnya -alaihis salam-). Adapun agama Yahudi dan Kristen, maka keduanya bukanlah agama kedua Rasul yang mulia, Musa dan Isa!!!!
Kedua agama itu adalah buatan tangan kaum Yahudi dan Kristen yang tak
setia mengikuti ajaran para nabi mereka, karena tak sesuai dengan hawa
nafsu dan pemikiran mereka. Mereka adalah kaum durhaka kepada Nabi Musa
dan Isa!!
Ayat-ayat suci dalam
Al-Qur’an, banyak sekali yang menyatakan bahwa para nabi seluruhnya
adalah muslim dan beragama Islam. Para nabi berpesan kepada keluarga dan
pengikutnya agar mengikuti Islam, jangan mengikuti ajaran sesat yang
tak pernah mereka ajarkan kepada umatnya.
Nabi Isa pernah berpesan kepada kaum muslimin yang menjadi pengikutnya di zaman beliau, agar mereka membenarkan risalah Islam yang dibawa oleh Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-, bila datang setelah Nabi Isa –alaihimash sholatu was salam-.
Allah -Azza wa Jalla- mengabadikan pesan Nabi Isa tersebut dalam firman-Nya,
وَإِذْ
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ
اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ
وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَد [الصف/6]
“Dan
(ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata, “Hai Bani Israil,
sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan Kitab
sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya)
seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad).” (QS. Ash-Shaff : 6)
Lalu kenapa Nabi Isa
memerintahkan kaumnya mengikuti Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa
sallam-? Karena, Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- adalah
pelanjut risalah Islam yang telah dibina dan diajarkan oleh Nabi Isa
kepada Bani Isra’il.
Inti risalah (misi) yang dibawa oleh kedua nabi ini adalah sama, yaitu Islam yang
berisi tauhid, ketaatan kepada Allah, dan menjauhi kekafiran atau
kesyirikan berserta pemeluknya. Adapun perbedaannya, hanya dari sisi
syariat yang berisi tata cara beragama dan menyembah Allah -Azza wa
Jalla-. Namun semua tata cara itu bermuara kepada tiga tujuan mulia:
mengesakan Allah (tauhid), taat kepada Allah dan menjauhi perkara
kesyirikan atau kekafiran yang dimurkai oleh Allah beserta pelakunya!!
Oleh karena itu, tak benar
sangkaan sebagian orang yang menyatakan bahwa agama Nabi Isa bukan
Islam, tapi Kristen, sehingga mereka pun mengklaim bahwa agama Nabi Isa
beda dengan Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-. Sungguh ini
adalah asumsi yang amat salah dan batil!! Yang beda hanya syariat
keduanya saja, bukan agamanya!!!
Andaikan para nabi itu
ditaqdirkan dan ditetapkan hidup sampai datangnya Nabi Muhammad
-Shallallahu alaihi wa sallam-, maka mereka wajib dan harus ikut kepada
syariat Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-. Karena, itu adalah
janji yang telah diambil oleh Allah -Azza wa Jalla- dari mereka.
Allah -Azza wa Jalla- berfiman,
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ
مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ
وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ
إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ
الشَّاهِدِينَ (81) فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ (82) [آل عمران/81، 82]
“Dan (ingatlah), ketika
Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku
berikan kepada kalian berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada
kalian seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”.[3].
Allah berfirman: “Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku
terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab, “Kami mengakui”. Allah
berfirman, “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi
saksi (pula) bersama kalian”. Barang siapa yang berpaling sesudah itu,
maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali Imraan : 81-82)
Sadarilah -wahai pembaca
budiman- bahwa agama haq (benar) yang pernah dibawa dan diajarkan oleh
Nabi Isa –alaihis salam- kepada Bani Isra’il adalah agama Islam yang menyeru kepada tauhid dan memberantas syirik, mengajarkan ketaatan kepada wahyu Allah.
Hanya saja Paulus beserta kaum Yahudi dan Raja Romawi yang menganut
kesyirikan dan paganisme memusuhi orang-orang Islam yang bertauhid
merupakan pengikut setia Nabi Isa. Semua sekte sesat yang mengaku
pengikut Nabi Isa bersekutu menghapuskan tauhid dan para pengikut. Ini
terbukti dalam Konsili Nicea yang memaksakan doktrin trinitas yang telah
lama diusung dan diperjuangkan oleh Paulus dan para pengekornya.
Mereka membantai kaum unitarian yang masih mempertahankan tauhid dan
membenci syirik serta setia kepada inti ajaran Nabi Isa. Sebagai korban, Arius dari Alexandria mendapatkan tekanan dan pengucilan dari mereka akibat masih mempertahankan prinsip tauhid!!
Ketahuilah bahwa Nabi Isa –alaihis salam- adalah seorang muslim, bukan seorang musyrik dan kafir. Agama yang dibawa dan diserukan oleh Isa –alaihis salam- adalah Islam!!!
Allah -Azza wa Jalla- menjelaskan hal itu dalam firman-Nya,
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ
بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ
فَلَا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (132) أَمْ كُنْتُمْ
شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا
تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ
مُسْلِمُونَ (133) [البقرة : 132 ، 133]
“Dan Ibrahim telah
mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub
(berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu. Maka janganlah kamu mati, kecuali dalam memeluk agama Islam”.
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika
ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”
Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu:
Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al-Baqoroh : 132-133)
Perhatikan ucapan Ibrahim dan Ya’qub (Israel), “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam“.
Sebuah pertanyaan muncul, “Siapakah diantara anak cucu Ibrahim dan Ya’qub yang diwasiati agar jangan mati, kecuali dalam keadaan beragama Islam?”
Jawabnya, Nabi Isa termasuk diantara anak cucu Ibrahim dan Ya’qub yang diajak dan diingatkan agar ber-Islam dan mati di atasnya.
Nabi Ibrahim, Ya’qub serta anak cucunya semua berada di atas Islam!! Bukan berada di atas agama Yahudi dan Nashrani-Kristen.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ
يَهُودِيًّا وَلاَ نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا
كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (67) إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ
لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ
وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ (68) [آل عمران : 67 - 68]
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi muslim (berserah diri kepada Allah)[4], dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang
yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang
beriman (kepada Muhammad). Dan Allah adalah pelindung semua orang-orang
yang beriman”. (QS. Ali Imraan : 67-68)
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطَ
كَانُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللَّهِ وَمَا
اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ [البقرة : 140]
“Ataukah kamu (hai
orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il,
Ishaq, Ya’qub dan asbath (anak cucunya), adalah penganut agama Yahudi
atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kalian lebih mengetahui ataukah
Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan
syahadah dari Allah yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kalian kerjakan”. (QS. Al-Baqoroh : 140)
Syahadah dari Allah
ialah persaksian Allah yang tersebut dalam Taurat dan Injil bahwa Nabi
Ibrahim dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan
bahwa Allah akan mengutus Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-
sebagai rasul yang akan membenarkan risalah sebelumnya dan menghapus
semua syariat yang ada!!
Seorang ulama tabi’in, Al-Imam Al-Hasan Al-Bashriy -rahimahullah- berkata saat menafsirkan ayat di atas,
كَانَتْ شَهَادَةُ اللَّهِ
الَّذِي كَتَمُوا أَنَّهُمْ كَانُوا يَقْرَءُونَ فِي كِتَابِ اللَّهِ
الَّذِي أَتَاهُمْ إنَّ الدِّينَ الإِسْلامُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ
اللَّهِ، وَأَنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ
وَالأَسْبَاطَ كَانُوا بُرَّاءً مِنَ الْيَهُودِيَّةِ وَالنَّصْرَانِيَّةِ،
فَشَهِدُوا لِلَّهِ بِذَلِكَ، وَأَقَرُّوا بِهِ عَلَى أَنْفُسِهِمْ
لِلَّهِ فَكَتَمُوا شَهَادَةَ اللَّهِ عِنْدَهُمْ مِنْ ذَلِكَ، فَذَلِكَ
مَا كَتَمُوا مِنْ شَهَادَةِ اللَّهِ
”Syahadah (persaksian)
Allah yang mereka sembunyikan adalah bahwasanya mereka dulu telah
membaca dalam Kitab-kitab Allah yang datang (turun) kepada mereka, “Sesungguhnya
agama (yang ada di sisi Allah) adalah Islam, dan bahwa Muhammad adalah
Rasul Allah serta bahwasanya Nabi Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan
asbath (anak keturunan Ya’qub) berlepas diri dari agama Yahudi dan
Nashrani (Kristen)”. Mereka (Ahlul Kitab) pun mempersaksikan hal itu
dan mengakui hal itu kepada Allah atas diri mereka. Tapi mereka
menyembunyikan persaksian Allah tersebut atas hal tadi di sisi mereka!!
Itulah yang mereka sembunyikan diantara persaksian Allah”. [Lihat Tafsir Ibnu Abi Hatim (1/367-Syamilah), Tafsir Ath-Thobariy (2134) dan Tafsir Ibnu Katsir (1/451)]
Para pemuka agama Kristen –seperti, Paulus- tahu bahwa Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Musa, Isa dan asbath (anak cucu Ya’qub) adalah manusia-manusia yang beragama Islam!!
Tapi kebencian terhadap agama Nabi Isa (yaitu, Islam) membuat Paulus beserta pengikutnya dan kerajaan Kostantinopel-Romawi berusaha keras untuk mengubur Islam!!
Pasalnya, Paulus itu
beragama Yahudi yang jelas-jelas mengajak kepada kesyirikan (menduakan
Allah). Apalagi kerajaan Kostantinopel waktu itu juga berlatar belakang
agama penyembah berhala (paganis).
Walaupun keduanya sudah
mengaku sebagai pengikut agama Nabi Isa –menurut mereka-, hanya saja
kebiasaan syirik dan kafir pada diri Paulus dan Raja Kostantinopel belum
bisa mereka tinggalkan. Akhirnya, mereka berdua membuat format agama baru yang mempertuhankan Nabi Isa!! Itulah agama Kristen sampai hari ini, tapi bukan agama Nabi Isa!!!
Para pembaca yang budiman,
kita kembali kepada urusan Sinterklas, seorang tokoh Natal yang harus
kita benci. Karena, ia merupakan lambang dan syiar yang mengajak kepada
kekafiran!![5]
Allah -Ta’ala- berfirman dalam memerintahkan kita untuk membenci kekafiran dan segala hal yang mengajak kepadanya,
وَلَكِنَّ
اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ
وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ
هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ
حَكِيمٌ (8) [الحجرات : 7 ، 8]
“Akan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Ini merupakan dalil yang
menerangkan wajibnya seorang muslim membenci segala perkara yang
mengajak kekafiran atau kemusyrikan sekaligus perintah untuk mencintai
Islam dan segala kebaikan yang diperintahkannya.
Jika seseorang mencintai
keimanan kepada agama Islam, maka mereka itu akan diberi taufiq.
Sebaliknya, jika mereka justru lebih memilih dan mencintai kekafiran,
maka Allah akan sesatkan hatinya!!
Ahli Tafsir Jazirah Arab
Al-Imam Al-Allamah Ibnu Nashir As-Sa’diy -rahimahullah- berkata saat
menafsirkan kalimat yang bergaris bawah dari ayat suci di atas,
أي: الذين صلحت علومهم
وأعمالهم، واستقاموا على الدين القويم، والصراط المستقيم. وضدهم الغاوون،
الذين حبب إليهم الكفر والفسوق والعصيان، وكره إليهم الإيمان، والذنب
ذنبهم، فإنهم لما فسقوا طبع الله على قلوبهم
“Maksudnya, orang-orang baik ilmu dan amalnya serta istiqomah di atas agama dan jalan yang lurus. Sedang lawan mereka, adalah orang-orang sesat
yang diberikan kecintaan kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan
serta diberikan kebencian kepada keimanan. Yah, dosanya adalah dosa
mereka. Sebab, tatkala mereka berbuat kefasikan (keluar dari tuntunan
Allah), maka Allah tutup hati mereka”. [Lihat Taisir A-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan (hal. 800)]
Di dalam ayat ini terdapat
isyarat bahwa bersemangat dalam meraih kesenangan dunia, tanpa
membedakan antara perkara yang medatangkan ridho Allah dengan perkara
yang tidak mendatangkan ridho-Nya merupakan tanda dan kebiasaan jahiliah
dan kekafiran.
Hendaknya
kaum muslmin saat bekerja kepada kaum kafir memperhatikan, apakah
pekerjaan itu membuat Allah ridho atau justru membuat-Nya marah. Jika
membuat Allah murka, karena di dalamnya terdapat pelanggaran berupa
maksiat, kekafiran, kesyirikan, dan bid’ah, maka ia jauhi. Jangan
seperti kaum kafir yang tidak memilah diantara pekerjaan yang ia
lakukan, entah baik atau tidak, yang jelas dunia tercapai!! Na’udzu billahi min dzalik. [Lihat At-Tahrir wat Tanwir (26/237) oleh Ibnu Asyur Al-Malikiy -rahimahullah-]
Para pembaca yang budiman,
renungilah ayat ini baik-baik. Di dalamnya Allah mengabarkan kepada kita
bahwa Dia Yang membolak-balikkan hati para hamba-Nya. Jika Dia hendaki
hamba itu mencintai amal-amal keimanan, maka Allah akan arahkan hatinya
untuk mencintai hal-hal itu. Namun sialnya seorang hamba jika ia
ditaqdirkan mencintai jalan-jalan yang mengantarkan dirinya kepada
kemaksiatan dan kekafiran.
Waspadalah, jangan sampai dengan bergampangannya kalian memakai simbol dan syiar Kristiani –semacam atribut Sinterklas-, karena itu Allah sesatkan hati kalian untuk mencintai kaum kafir.
Demikian pula kita dilarang
menjual gambar, aksesori, miniatur, atribut, simbol yang menjadi syiar
kaum Nasrani alias Kristen, seperti barang-barang identik dengan Santo Claus alias Sinterklas. Karena, semua menunjukkan senangnya kita kepada syiar kekafiran atau minimal membiarkan kekafiran merajalela dan tersebar.
Al-Imam Ahmad bin Adil Halim Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata,
“Tak
halal bagi kaum muslimin untuk menyerupai mereka (kaum kafir) dalam
perkara apapun yang khusus berkaitan dengan hari raya mereka, baik
perkara makanan, pakaian, mandi, menyalakan api, membatalkan kebiasaan
(rutinitas) berupa kehidupan atau ibadah dan lainnya. Tak halal
melakukan suatu acara, pemberian hadiah serta tak pula menjual sesuatu
dijadikan penopang untuk acara itu, karena hal itu (yakni, hari raya
mereka). Tidak pula membiarkan anak-anak kecil dan sejenisnya untuk
bermain di hari raya mereka (kaum kafir) dan tidak pula menampakkan
perhiasan.
Secara
global, tak boleh bagi mereka (kaum muslimin) mengkhususkan hari raya
mereka dengan sesuatu apapun diantara syiar-syiar mereka. Bahkan hari
raya mereka di sisi kaum muslimin adalah sama saja dengan hari-hari
lainnya. Kaum muslimin tidaklah mengkhususkannya dengan sesuatu apapun
diantara kekhususan-kekhususan mereka!!” [Lihat Al-Fatawa Al-Kubro (2/487)]
Di hari-hari menjelang Natal
dan tahun baru banyak diantara kaum muslimin menjual barang-barang
dagangan yang akan menjadi sarana mereka dalam hari raya. Diantara
mereka ada yang menjual pohon Natal, aksesori Sinterklas, permen
tongkat, kaos kaki atau kostum Sinterklas, dan lainnya. Ada juga yang
menjual lilin-lilin yang akan diapakai Natal. Semua ini adalah
pelanggaran dalam agama!!
Al-Imam Abul Abbas Al-Harroniy -rahimahullah- berkata,
وكذلك
نهوا عن معاونتهم على أعيادهم باهداء او مبايعة وقالوا انه لا يحل
للمسلمين ان يبيعوا للنصارى شيئا من مصلحة عيدهم لا لحما ولا دما ولا ثوبا
ولا يعارون دابة ولا يعاونون على شيء من دينهم لان ذلك من تعظيم شركهم
وعونهم على كفرهم وينبغي للسلاطين ان ينهوا المسلمين عن ذلك
“Demikian
pula mereka (para ulama) melarang dari membantu kaum kafir untuk hari
raya mereka dengan memberikan hadiah atau berjual-beli. Mereka berkata,
“Tak halal bagi kaum muslimin untuk menjual kepada orang-orang Nasrani
(Kristen) sesuatu berupa kepentingan hari raya mereka, baik itu berupa
daging, darah, maupun pakaian. Mereka tak boleh dipinjami kendaraan dan
tak boleh dibantu atas sesuatu diantara urusan agama mereka. Karena, hal
itu merupakan termasuk pengagungan terhadap kesyirikan mereka dan
membantu mereka atas kekafiran mereka. Seyogianya para penguasa melarang
kaum muslimin dari hal itu”. [Lihat Kutub wa Rosa'il wa Fatawa Ibn Taimiyyah fil Fiqh (25/332)]
Satu diantara kesalahan fatal
bagi kaum muslimin, mereka ikut menyemarakkan Natal, sadar atau tidak!!
Mereka membantu kaum Kristen dalam melengkapi dan memenuhi segala
keperluan mereka di Hari Natal.
Menjual barang-barang yang
mengandung syiar dan propaganda kepada kekafiran, sama hukumnya dengan
orang yang menjual arca-arca yang disembah oleh kaum musrikin, karena
itu termasuk ta’awun di atas dosa dan permusuhan, bahkan di atas
kekafiran!!!
Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Qoyyim Al-Jawziyyah -rahimahullah- berkata,
وَأَمّا تَحْرِيمُ بَيْعِ
الْأَصْنَامِ فَيُسْتَفَادُ مِنْهُ تَحْرِيمُ بَيْعِ كُلّ آلَةٍ مُتّخَذَةٍ
لِلشّرْكِ عَلَى أَيّ وَجْهٍ كَانَتْ وَمِنْ أَيّ نَوْعٍ كَانَتْ صَنَمًا
أَوْ وَثَنًا أَوْ صَلِيبًا وَكَذَلِكَ الْكُتُبُ الْمُشْتَمِلَةُ عَلَى
الشّرْكِ وَعِبَادَةِ غَيْرِ اللّهِ فَهَذِهِ كُلّهَا يَجِبُ إزَالَتُهَا
وَإِعْدَامُهَا وَبَيْعُهَا ذَرِيعَةً إلَى اقْتِنَائِهَا وَاِتّخَاذِهَا
فَهُوَ أَوْلَى بِتَحْرِيمِ الْبَيْعِ مِنْ كُلّ مَا عَدَاهَا فَإِنّ
مَفْسَدَةَ بَيْعِهَا بِحَسْبِ مَفْسَدَتِهَا فِي نَفْسِهَا
“Adapun pengharaman menjual
arca-arca, maka diambil darinya pengharaman menjual segala alat yang
dibuat untuk kesyirikan, bagaimana pun bentuknya dan macamnya, baik itu
berupa arca, berhala, atau salib. Demikian pula buku-buku yang
mengandung kesyirikan dan peribadahan kepada selain Allah, maka semua
ini wajib dihilangkan dan diberantas. Menjualnya merupakan jalan
(pengantar) untuk memilikinya dan mengambilnya. Jadi, ini lebih utama
diharamkan untuk dijual dibandingkan semua perkara selainnya. Karena,
kerusakan dari hasil menjualnya sesuai dengan kerusakan yang ada
padanya”. [Lihat Zaadul Ma'ad (5/675), karya Ibnul Qoyyim, cet. Mu'assasah Ar-Risalah]
Inilah penjelasan para ulama
kita tentang hukum ikut meramaikan Hari Natal, entah dengan berjual-beli
barang dan sarana Natal, mengirimkan hadiah atau kado kepada mereka,
menjajakan aksesori Sinterklas atau pohon Natal, Kaos Kaki Natal, Permen Tongkat dan lainnya!! Semua ini adalah perkara yang amat diharamkan dalam agama, karena ia adalah bentuk tolong-menolong dalam dosa!! Bahkan
boleh jadi pelakunya keluar dari Islam, jika pelakunya melakukan semua
itu, karena ia senang dengan Hari Natal, hari yang di dalamnya diserukan
kekafiran dan kesyirikan!!!
Hari ini kaum muslimin harus tegas dalam bermuamalah dan berinteraksi dengan mereka. Jika urusan dunia yang halal, maka okey (ya). Namun jika urusan agama dan prinsip, no (tidak)!!
Perhatikan sikap tegas Nabi Ibrahim -Shallallahu alaihi wa sallam- sebagaimana yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an,
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ
الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
[الممتحنة : 4]
“Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum
mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari sesuatu yang kalian sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu, dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja”. (QS. Al-Mumtahanah: 04).
Ayat ini mengajarkan kepada
kita agar punya pendirian terhadap orang-orang kafir. Kita harus tegas
dalam menampakkan keyakinan kita. Jangan malah kita yang bangga dan
tertipu dengan kekafiran mereka, karena hanya sekedar kemajuan semu yang
mereka capai di dunia ini.
Jauh hari sebelum munculnya fenomena bergampangannya kaum muslmin dalam menyambut Hari Natal dan Tahun Baru,
yang keduanya merupakan hari raya umat Kristiani, kaum muslimin
menghafal mati sebuah surah dalam Al-Qur’an yang kita kenal dengan “Surah Al-Kafirun”.
Allah -Ta’ala- berfirman,
قُلْ
يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لاَ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلاَ
أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلاَ أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
(4) وَلاَ أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ
دِينِ (6) [الكافرون : 1 - 6]
“Katakanlah:
“Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kalian
sembah. Dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kalian sembah. Dan kalian tidak pernah
(pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku“. (QS. Al-Kafirun : 1-6)
Saat mengomentari ayat terakhir yang kami garis bawahi terjemahannya dari Surah Al-Kafirun ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- berkata,
“Ini merupakan kalimat yang
mengharuskan berlepas dirinya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dari
agama mereka (kaum kafir), tidak mengharuskan ridhonya beliau dengan hal
itu…Barangsiapa yang menyangka dari kalangan kaum ateis bahwa ini
adalah keridhoan beliau dengan agama kaum kafir, maka ia adalah manusia
yang paling dusta dan kafir!!”. [Lihat Al-Furqon baina Awliya' Ar-Rahman wa Awliya' Asy-Syaithon (hal. 113)
Inilah sikap tegas yang senatiasa diwarisi oleh kaum muslimin dari zaman ke zaman sampai datangnya "generasi banci" di kalangan kaum muslimin yang suka menjilat di hadapan kaum Kristen, Yahudi dan lainnya!!
Mereka adalah generasi lemah
iman, tipis semangat, kurang berani dan dangkal ilmu, sehingga mereka
pun mengikuti apa saja yang digelorakan dan dipropagandakan oleh kaum
kafir!!!
Tibalah saatnya di zaman kita
ini kemunculan generasi pengekor dan pembeo kepada kaum kafir. Generasi
ini anda akan dapati di toko-toko menjual pohon Natal, lilin Natal,
Kartu Natal, Kaos Kaki Natal, Permen Tongkat, Topi atau pakaian Sinterklas.
Sebagian generasi buruk ini, memasang ucapan selamat Natal dalam baliho
besar yang bergambar Santa Claus (Sinterklas) sedang tersenyum menipu
atau ilustrasi lainnya!!
Generasi ini betul-betul
mengekor dan menyerupakan diri dengan kaum kafir dalam urusan yang
paling berbahaya, dimana mereka telah ta'awun (kerjasama) dalam
menyemarakkan kekafiran!!!
Al-Allamah Syaikh Abdul Aziz bin Baaz -rahimahullah- berkata,
قد دلت الآيات القرآنية
والأحاديث النبوية على ذم مشابهة المسلمين للكفار والتحذير من ذلك ولم تخص
شيئا من شئونهم دون شيء فتخصيص النهي بما هو من شعائر دينهم يحتاج إلى دليل
، وليس هناك دليل يدل على ذلك ، بل الأدلة الشرعية كلها تقتضي ذم التشبه
بالمشركين فيما هو من شعائر دينهم وفي غيره
"Sungguh ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits nabawiyyah telah menunjukkan celaan meniru kaum muslimin terhadap kafir, serta peringatan
keras dari hal itu. Dalil-dalil itu tidaklah mengkhususkan sesuatu dari
urusan kaum kafir, tanpa yang lainnya. Jadi, pengkhususan larangan
(dari meniru kaum kafir) dalam perkara yang merupakan syiar agama
mereka, butuh kepada dalil. Nah, disana tak ada dalil yang menunjukkan
hal itu. Bahkan dalil-dalil syariat semuanya mengharuskan celaan meniru
kaum musyrikin dalam perkara yang merupakan syiar agama mereka dan dalam
perkara selainnya". [Lihat Majmu' Fatawa Ibni Baaz (25/339)
Terakhir, kami
nasihatkan kepada kaum muslimin agar menjauhkan anak-anak mereka dari
kisah, dongeng dan cerita yang berkaitan dengan Santa Claus alias
Sinterklas. Ia adalah seorang tokoh Natal yang konon kabarnya bernama
Santo Nicolas. Jauhkan mereka dari hal itu agar tidak mencintai para
tokoh-tokoh Kristen!!
Kami juga nasihatkan kepada
seluruh kaum muslimin agar jangan ikut meramaikan tahun baru dan Hari
Raya Natal. Sebab, kedua hari itu adalah perayaan kaum kafir Kristen
yang diadopsi dari negeri-negeri kafir ke dalam negeri kita!!
Kepada mereka yang bekerja di
bawah pimpinan orang kafir agar tegas bersikap saat agama kalian
diinjak-injak dengan memerintahkan kalian memakai simbol-simbol agama
Kristen, semisal memakai Topi Sinterklas!! Jika terjadi, laporkan
saja kepada pemerintah, sebab ini adalah hak asasi kalian dalam
beragama!!! Jangan kalian cuma melapor jika gaji kalian kurang, bahkan
jika agama kalian mereka "kurangi" dan langgar, maka kalian tegas dan
laporkan sikap mereka!!! Semoga Allah memberikan taufiq kepada kalian,
amiin…
- Haram hukumnya menjual atau membeli, memakai dan
menyebarkan barang-barang yang mengajak kepada kekafiran, semisal
aksesori, gambar, pakaian dan lainnya diantara hal yang biasa dikenal
dalam dunia dan Sinterklas
- Terlarang seorang muslim ikut meramaikan Tahun Baru dan Hari Natal, karena keduanya adalah hari raya kaum kafir.
- Seorang muslim harus tegas saat hak asasi agamanya diijak-injak oleh kaum kafir.
- Menjaga diri dan keluarga agar jangan meniru atau bangga dengan kaum kafir, semisal Santa Claus yang notabene pendeta kafir!!
[1]
Ini jelas merupakan bentuk kemusyrikan mereka!! melindungi manusia dari
bahaya dan menyelamatkan mereka, semua itu hanyalah tugas Allah, bukan
tugas manusia, bagaimana pun derajatnya.
[3]Para
nabi dan rasul berjanji kepada Allah -Subhanahu wa Ta’ala- bahwa
bilamana datang seorang rasul yang bernama Muhammad -Shallallahu alaihi
wa sallam-, maka mereka akan iman kepadanya dan menolongnya. Perjanjian
nabi-nabi ini mengikat pula para ummatnya.
[4] Orang
muslim (
مُسْلِمٌ),
artinya orang berserah diri. Dikatakan demikian, karena mereka hanya
menyerah segala perbuatan dan amal ibadah mereka kepada Allah saja.
Mereka tak menyekutukan Allah dalam beribadah kepada-Nya. Sebab, ini
adalah kesyirikan yang amat dibenci oleh Allah.
[5]
Natal adalah perayaan yang tidak dikenal di zaman Nabi Isa. Baru muncul
jauh setelah beliau meninggal dunia. Di dalamnya manusia diingatkan dan
diajak untuk mengakui bahwa Isa adalah anak Allah. Padahal beliau tak
pernah menyatakan demikian. Di dalamnya manusia diajak untuk menetapkan
bahwa tuhan adalah tiga dengan pemahaman “Trinitas” dan masih banyak
lagi kekafiran nyata di dalam perayaan itu.
Sumber :