Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَثَلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا
أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهَا جَعَلَ الْفَرَاشُ وَهَذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِي
فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا وَجَعَلَ يَحْجُزُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ
فَيَتَقَحَّمْنَ فِيهَا. قَالَ: فَذَلِكُمْ مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ أَنَا
آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ عَنِّ النَّارِ؛ هَلُمَّ عَنْ النَّارِ! هَلُمَّ عَنِ
النَّارِ! فَتَغْلِبُونِي تَقَحَّمُونَ فِيهَا
“Permisalan diriku adalah seperti orang yang menyalakan api.
Ketika api telah menyinari apa yang ada di sekelilingnya, berdatanganlah
anai-anai dan hewanhewan yang berjatuhan ke dalamnya. Sementara itu,
orang ini terus berusaha menghalangi mereka dari api, namun serangga-serangga itu mengabaikannya hingga berjatuhan ke dalamnya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Itulah permisalan diriku dan diri kalian (umatku). Aku menarik ikat-ikat pinggang kalian untuk menyelamatkan dari neraka (seraya berseru,),
‘Jauhilah neraka! Jauhilah neraka!’ Namun, kalian (kebanyakan umatku)
tidak menghiraukanku dan menerjang berjatuhan ke dalamnya.”
Takhrij Hadits
Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas diriwayatkan oleh al-Imam Muslim rahimahullah dalamash-Shahih “Kitabul Fadhail” (4/1789 no. 2284), dan al-Imam Ahmad rahimahullah dalam al- Musnad(no. 27333), dari jalan Abdurrazaq bin Hammam, dari Ma’mar bin Rasyid, dari Hammam bin Munabbih, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Silsilah (rantai) rawi ini disepakati kesahihannya oleh al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah dan terdapat dalam shahifah (lembaran) Hammam bin Munabbih, yaitu lembaran yang semua haditsnya diriwayatkan melalui sanad Abdurrazaq bin Hammam ash-Shan’ani, dari Ma’mar bin Rasyid, dari Hammam bin Munabbih, dari Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu. Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah mengeluarkan semua hadits shahifahdalam al-Musnad (2/312—319).
Sementara itu, Syaikhain, yakni al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah,
hanya meriwayatkan sebagian dari haditshadits shahifah, termasuk di
dalamnya hadits di atas. Sanad ini tidak diragukan kesahihannya.
Al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah mengeluarkan sanad ini dalam Shahihkeduanya. Dua perawi menyertai Hammam bin Munabbih dalam meriwayatkan dari Abdurrazzaq. Mereka adalah:
1. Al-A’raj Abdurrahman bin Hurmuz, diriwayatkan oleh al-Bukhari rahimahullah dalam ash-Shahih(no. 6483) dan at-Tirmidzi rahimahullah dalam as-Sunan (no. 2874).
2. Yazid bin al-Asham Abu ‘Auf al- Kufi, dikeluarkan oleh al-Imam Ahmad rahimahullah dalam al-Musnad.
Semangat Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam Menyelamatkan Manusia dari Kebinasaan
Duhai, betapa indahnya permisalan yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Permisalan beliau sangat mendalam dan penuh arti. Tentu saja, bagi orang-orang yang berakal dan memiliki kalbu. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (al-Ankabut: 43)
Permisalan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menunjukkan semangat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam membimbing umatnya agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat, serta menyelamatkan mereka dari jurang kebinasaan. An-Nawawi rahimahullahdalam al- Minhaj memberikan judul bab bagi hadits ini, bab “Syafaqatuhu ‘ala ummatihi wa mubalaghatuhu fi tahdzirihim mimma yadhurruhum. (Bab “Kasih Sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Umatnya dan Kesungguhan Beliau Memberi Peringatan dari Segala Hal yang Membahayakan Mereka).”
Manusia Terbagi Menjadi Dua: Selamat dan Celaka Meskipun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah
memperingatkan umat dari neraka dengan penuh kesungguhan, telah
mengorbankan segala upaya siang dan malam, tetapi tetap saja sebagian
mereka tidak taat dan memilih jalan kebinasaan. Perhatikan permisalan
yang dibuat oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Di saat
api menyala, anai-anai atau serangga sejenisnya bersikeras menuju
kebinasaan. Ia berusaha keras mengusir dan menjauhkan serangga-serangga
itu dan menyelamatkan mereka dari api. Tetapi, mereka tidak
menghiraukannya, justru terus menerjang sehingga banyak yang berjatuhan
ke dalam api dan sedikit yang terselamatkan. Demikian pula manusia di
hadapan syariat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka terbagi menjadi dua golongan. Satu golongan selamat dan golongan lainnya lebih mencintai kebinasaan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى.
قَالُوا: وَمَنْ يَأْبَى يَا رَسُولَ اللهِ؟ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ
الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Semua umatku akan masuk jannah, kecuali mereka yang enggan.” Sahabat bertanya, “Siapa yang enggan, wahai Rasulullah?” “Orang yang taat kepadaku akan masuk jannah, dan orang yangmemaksiatiku sungguh telah enggan (masuk jannah).”
An – Nawawi rahimahullah berkata , “Maksud hadits di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallammenyerupakan
terjatuhnya orang-orang jahil dan menyimpang dalam neraka akhirat
karena kemaksiatan-kemaksiatan dan syahwat padahal beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam
telah melarang mereka, seperti terjatuhnya anai-anai ke dalam api dunia
karena hawa nafsu dan ketidakmampuan membedakan (api dan bukan api).
Keduanya (baik manusia yang melakukan kemaksiatan maupun anai-anai yang
memilih api) sama-sama bersemangat atas kebinasaan dirinya.” (Syarah Shahih Muslim) Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
فَرِيقًا هَدَىٰ وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلَالَةُ ۗ
إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ اللَّهِ
وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ
“Sebagian diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi telah pasti
kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan
sebagai pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka
mendapat petunjuk.” (al-A’raf: 30)
Semangat Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam Memperingatkan Umatnya dari Neraka
Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam menyeru umatnya untuk menjauhkan diri dari neraka. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
هَلُمَّ عَنِ النَّارِ، هَلُمَّ عَنْ النَّارِ
“Jauhilah neraka! Jauhilah neraka!”
Seruan beliau semisal dengan firman Allah Subhanahu wata’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ
وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (at-Tahrim: 6)
Saudaraku, di antara semangat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjauhkan manusia dari neraka ialah beliau mengabarkan tentang neraka, sifat-sifatnya, dan sifat para penghuninya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat neraka dalam beberapa kesempatan. Di antara kesempurnaan nasihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
beliau mengabarkan sifat-sifat neraka kepada umatnya agar mereka takut
dan menghindar. Akan tetapi, kebanyakan manusia mengabaikan peringatan
itu. Sebagai misal, al-Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits yang menunjukkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah melihat neraka, sekaligus memperingatkan apa yang beliau lihat, yaitu pedihnya azab neraka. Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau pun shalat (gerhana) bersama manusia.
Beliau berdiri lama seperti membaca surat al-Baqarah, kemudian rukuk
dengan lama. Setelah itu, beliau bangkit dan berdiri lama, lebih pendek
dari yang pertama. Kemudian beliau rukuk dengan lama, tetapi lebih
pendek dari rukuk yang pertama. Kemudian beliau sujud, lalu bangkit
berdiri lama, tetapi lebih pendek dari rakaat pertama. Kemudian beliau
rukuk dengan lama, tetapi lebih pendek dari rakaat pertama. Kemudian
beliau bangkit dan berdiri lama tetapi lebih ringan dari sebelumnya,
lalu rukuk dengan lama, tetapi lebih ringan dari yang awal. Kemudian
sujud dan menyelesaikan shalatnya saat matahari telah muncul (shalat
gerhana dalam hadits ini adalah dengan dua rukuk setiap rakaatnya,
-red.).
Kemudian beliau berkata, ‘Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari sekian tanda kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala.
Terjadinya gerhana atas keduanya bukanlah karena kematian atau
kelahiran seseorang. Apabila kalian melihat gerhana, berzikirlah kepada
Allah Subhanahu wata’ala(shalatlah)!’ Para sahabat
berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami melihat engkau di tempat berdirimu
(ketika shalat gerhana) seakanakan mengambil sesuatu, kemudian kita
melihat engkau menghindar dari sesuatu? (Apa yang terjadi wahai
Rasulullah?)’
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ,
‘Sesungguhnya aku melihat jannah (surga), maka aku memegang seuntai
anggur. Andai aku mengambilnya, sungguh kalian akan makan darinya selama
dunia ini masih ada. Aku juga melihat neraka yang aku belum pernah
melihat pemandangan seperti ini dan aku melihat kebanyakan penghuninya
adalah wanita.’ Sahabat bertanya, ‘Apa sebabnya, wahai Rasulullah?’
‘Mereka berbuat kekufuran,’ Sahabat bertanya, ‘Apakah kekufuran kepada
Allah Subhanahu wata’ala?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, ‘Kekufuran kepada suami yakni dengan mengingkari kebaikannya.
Seandainya engkau (suami) berbuat baik kepada salah seorang istri
seumur hidupmu kemudian dia melihat satu kejelekan darimu, dia akan
berkata, ‘Belum pernah aku melihat satu kebaikan pun darimu’.” ( HR.
Muslim dalam ash-Shahih no. 907)
Hadits tentang shalat gerhana di atas menjadi salah satu dalil dari
sekian banyak dalil bahwa neraka sudah ada saat ini dan bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah melihatnya.
Semangat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam Mengajarkan Amalan yang Menyelamatkan dari Neraka
Di samping menyebutkan sifat neraka dan memperingatkan umat darinya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
sangat bersemangat mengajarkan amalan-amalan yang dapat menyelamatkan
manusia darinya. Semua ini adalah bentuk kasih sayang yang besar dan
tulus kepada manusia. Pada hakikatnya, semua amalan kebaikan, meski
sedikit, akan menjadi benteng dari api neraka, insya Allah. Siapa yang melakukan amalan kebaikan walau seberat zarah, dia akan melihat balasan baik atas amalannya. Demikian janji Allah Subhanahu wata’ala dalam firman-Nya,
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (az-Zalzalah: 7)
Amalan Khusus yang Menjadi Sebab Keselamatan dari Api Neraka
Secara khusus, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan beberapa amalan sebagai benteng dari api neraka. Di antara amalan-amalan tersebut adalah:
1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wata’ala dan menjauhkan diri dari kesyirikan
Inilah pokok keselamatan dari azab Allah Subhanahu wata’ala
di dunia dan di akhirat. Tauhid adalah fondasi semua amalan. Amalan
seseorang tidak akan diterima tanpa tauhid. Disebutkan dalam sebuah
hadits,
عَنْ مُعَاذٍ قَالَ أَنَا رَدِيفُ النَّبِيِّ فَقَالَ: يَا
مُعَاذُ. قُلْتُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ. ثُمَّ قَالَ مِثْلَهُ ثَلَاثًا:
هَلْ تَدْرِي مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ؟ قُلْتُ: لَا. قَالَ حَقُّ
اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا.
ثُمَّ سَارَ سَاعَةً فَقَالَ: يَا مُعَاذُ. قُلْتُ: لَبَّيْكَ
وَسَعْدَيْكَ. قَالَ: هَلْ تَدْرِي مَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى ا إِذَا
فَعَلُوا ذَلِكَ؟ أَنْ لَا يُعَذِّبَهُمْ
Dari Muadz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Suatu saat saya dibonceng Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di atas keledai. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Wahai Muadz.’ Saya menjawab, ‘Aku selalu menyambutmu.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallammengatakan hal itu tiga kali (dan saya jawab tiga kali juga). Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, ‘Tahukah engkau apa hak Allah Subhanahu wata’ala atas para hamba?’ Saya menjawab, ‘Tidak.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,‘Hak Allah Subhanahu wata’ala atas para hamba adalah mereka mengibadahi-Nya dan tidakmenyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’ Kemudian beliau berjalan beberapa saat, dan berkata, ‘Wahai Mu’adz.’ Dijawab, ‘Aku selalu menyambutmu.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Tahukah kamu, apa hak mereka atas Allah Subhanahu wata’ala apabila mereka melakukannya? AllahSubhanahu wata’ala tidak akan mengazab mereka’.” (HR. al-Bukhari no. 6267)
Hadits Muadz radhiyallahu ‘anhu di atas menunjukkan
betapa pentingnya seseorang memberikan curahan waktu dan upaya untuk
mengenal tauhid dan syirik, kemudian mengamalkannya sepanjang hayat.
Seorang muslim harus memahami dengan benar hal-hal yang membahayakan
tauhidnya dan yang menyuburkan pohon tauhid dalam hatinya. Tidak ada
jalan lain untuk mendapatkannya kecuali dengan terus meminta kepada
Allah Subhanahu wata’ala dan menempuh sebab-sebabnya, di antaranya adalah menuntut ilmu.
2 . Menjaga shalat lima waktu beserta syarat, rukun, dan kewajibannya, seperti wudhu, rukuk, dan sujud.
Dalil bahwa amalan ini termasuk benteng neraka adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَنْ حَافَظَ عَلَى الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ عَلَى وُضُوئِهَا
وَمَوَاقِيتِهَا وَرُكُوعِهَا وَسُجُودِهَا يَرَاهَا حَقًّا عَلَيْهِ
حُرِّمَ عَلَى النَّارِ
“Barang siapa menjaga shalat lima waktu, menjaga wudhunya, menjaga
waktu-waktunya, menjaga rukukrukuknya, dan menjaga sujud-sujudnya,
yakin bahwa shalat adalah hak Allah Subhanahu wata’ala atasnya, dia diharamkan dari neraka.” (HR. Ahmad no. 17882 dari Hanzhalah al-Asadiradhiyallahu ‘anhu)
3. Berbakti kepada kedua orang tua
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ.
قِيلَ: مَنْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ
الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Celaka, kemudian celaka, kemudian celaka.” Beliau ditanya, “Siapa yang celaka, wahai Rasulullah?”Beliau menjawab, “Orang yang menjumpai masa tua dari salah satu atau kedua orang tuanya, tetapi dia tidak masuk surga.” (HR. Muslim no. 2881 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
4. Menjaga shalat sunnah empat rakaat sebelum dan sesudah zuhur
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرُمَ عَلَى النَّارِ
‘Barang siapa menjaga empat rakaat sebelum zuhur dan empat rakaat sesudahnya, haram atasnya neraka’.” (HR. Abu Dawud no. 1269 dan dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al- Albani)
5. Berlindung kepada Allah Subhanahu wata’ala dari azab neraka
Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ سَأَلَ اللهَ الْجَنَّةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَتِ
الْجَنَّةُ: اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ. وَمَنِ اسْتَجَارَ مِنَ
النَّارِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَتِ النَّارُ: اللَّهُمَّ أَجِرْهُ مِنَ
النَّارِ
“Barang siapa meminta jannah (surga) kepada Allah Subhanahu wata’ala tiga kali, jannah akan berkata, ‘Ya Allah, masukkan dia ke dalam jannah!’ Barang siapa meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wata’ala dari neraka, neraka pun berkata, ‘Ya Allah, lindungilah dia dari neraka!’.”(HR. at- Tirmidzi no. 2572, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani)
Di antara doa memohon perlindungan dari neraka adalah doa yang diajarkan oleh RasulullahShallallahu ‘alaihi wasallamsaat tasyahud akhir sebelum salam, yaitu:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ
وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ
شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada- Mu dari siksa neraka Jahanam,
dari siksa kubur, dari ujian hidup dan mati, serta dari godaan Dajjal.” (HR. Muslim, Abu ‘Awanah, an-Nasai, dan Ibnul Jarud dalam al-Muntaqa. Lihat Irwaul Ghalil no. 350)
6. Dekat, lembut dengan kaum mukminin, dan berakhlak mulia
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ يَحْرُمُ عَلَى النَّارِ أَوْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّارُ؟ عَلَى كُلِّ قَرِيبٍ هَيِّنٍ سَهْلٍ
“Maukah kukabarkan kepada kalian tentang siapa yang diharamkan atas neraka? Yaitu setiap muslim yang dekat (dengan kaum mukminin), tenang, dan mudah (lembut akhlak dan sifatnya).” (HR. at-Tirmidzi dalam as-Sunan no. 2488. At-Tirmidzi berkata, “Hasanun gharib,” dan hadits ini dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani)
Betapa besar keutamaan ahlak yang baik dan kelembutan. Namun, subhanallah, di akhir zaman ini kebanyakan manusia bersikap kasar, termasuk terhadap kerabat dekatnya yang muslim, bahkan kepada orang tuanya sendiri. Semoga Allah Subhanahu wata’ala memperbaiki diri kita. Amin.
7. Bersedekah dan bertutur kata yang baik
Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu berkata,
كُنْتُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ فَجَاءَهُ رَجُلَانِ
أَحَدُهُمَا يَشْكُو الْعَيْلَةَ وَالْآخَرُ يَشْكُو قَطْعَ
السَّبِيلِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: أَمَّا قَطْعُ السَّبِيلِ فَإِنَّهُ لَا
: يَأْتِي عَلَيْكَ إِلَّا قَلِيلٌ حَتَّى تَخْرُجَ الْعِيرُ إِلَى
مَكَّةَ بِغَيْرِ خَفِيرٍ، وَأَمَّا الْعَيْلَةُ فَإِنَّ السَّاعَةَ لَا
تَقُومُ حَتَّى يَطُوفَ أَحَدُكُمْ بِصَدَقَتِهِ لَا يَجِدُ مَنْ
يَقْبَلُهَا مِنْهُ، ثُمَّ لَيَقِفَنَّ أَحَدُكُمْ بَيْنَ يَدَيْ اللهِ
لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ حِجَابٌ وَلَا تَرْجُمَانٌ يُتَرْجِمُ لَهُ
ثُمَّ لَيَقُولَنَّ لَهُ: أَلَمْ أُوتِكَ مَالًا؟ فَلَيَقُولَنّ بَلَى.
ثُمَّ لَيَقُولَنَّ: أَلَمْ أُرْسِلْ إِلَيْكَ رَسُولًا؟ فَلَيَقُولَنَّ:
بَلَى. فَيَنْظُرُ عَنْ يَمِينِهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ ثُمَّ
يَنْظُرُ عَنْ شِمَالِهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ فَلْيَتَّقِيَنَّ
أَحَدُكُمْ النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ
فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
Suatu saat aku berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Tiba-tiba
datang dua lelaki, yang pertama mengeluhkan kemiskinan dan yang kedua
mengeluhkan gangguan perampok di perjalanan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Adapun perampok, sesungguhnya tidak lama lagi datang (waktu) yang
rombongan dari Makkah keluar (melakukan safar) tanpa perlindungan
(maksudnya aman, -red.). Adapun kemiskinan, (ketahuilah)
sesungguhnya hari kiamat tidak akan tegak hingga (datang saat) salah
seorang di antara kalian berkeliling hendak memberi sedekah, tetapi
tidak dia dapati orang yang mau menerimanya. Sungguh, kalian (semua)
akan berdiri di hadapan Allah Subhanahu wata’ala, tidak ada hijab antara Allah Subhanahu wata’ala dan dirinya, tidak ada pula orang yang menerjemahkan untuknya. Kemudian Allah Subhanahu wata’ala berfirman kepadanya, ‘Bukankah Aku telah memberimu harta?’ Dia berkata, ‘Benar.’ Kemudian Allah Subhanahu wata’ala berfirman, ‘Bukankah Aku telah mengutus rasul kepadamu?’ Dia menjawab, ‘Benar.’Kemudian dia melihat di sisi kanannya, dia tidak melihat selain neraka. Kemudian dia melihat sebelah kirinya, dia pun tidak melihat selain neraka. Maka dari itu, jagalah diri kalian dari neraka walaupun dengan separuh kurma (yang dia sedekahkan). Jika tidak bisa, dengan tutur kata yang baik.” (HR. al-Bukhari no. 1413)
Bahkan, dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengisahkan berita yang sangat menakjubkan. Beliau kabarkan kisah seorang wanita pezina yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wata’ala
dari neraka dengan sebab memberi minum seekor anjing yang kehausan.
Jika perbuatan baik kepada hewan saja dibalasi dengan kebaikan,
bagaimana halnya kebaikan dan derma untuk seorang muslim?
8. Mata yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wata’ala, mata yang terjaga di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan mata yang menunduk dari apa yang diharamkan oleh AllahSubhanahu wata’ala.
Ini termasuk amalan yang dijadikan oleh Allah Subhanahu wata’ala sebagai benteng dari neraka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ، عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ ا ،َّهللِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللهِ
“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh neraka: mata yang menangis takut kepada Allah Subhanahu wata’ala dan mata yang terbuka di malam hari, berjaga dalam jihad fi sabililah.” (HR. at-Tirmidzi no. 1639 dari hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
ثَلَاثَةٌ لاَ تَرَى أَعْيُنُهُمُ النَّارَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ حَرَسَتْ فِي
سَبِيلِ اللهِ وَعَيْنٌ غَضَّتْ عَنْ مَحَارِمِ اللهِ
“Tiga mata yang tidak akan melihat neraka pada hari kiamat: Mata yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wata’ala, mata yang terjaga dalam jihad fi sabilillah, dan mata yang menundukkan dari apa yang Allah Subhanahu wata’ala haramkan.” (Lihat ash-Shahihah no. 2673)
9. Berjihad fi sabilillah
Ayat-ayat al-Qur’an dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam banyak menyebutkan besarnya pahala dan keutamaan jihad fi sabilillah. Di antara keutamaannya, Allah Subhanahu wata’alal menyelamatkan pelakunya dari api neraka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنِ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللهِ حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ
“Orang yang kedua kakinya dipenuhi debu karena berjihad di jalan Allah Subhanahu wata’ala, Allah Subhanahu wata’ala mengharamkan atasnya neraka.” (HR. al-Bukhari no. 907 dari Abu ‘Abs Abdurrahman bin Jabr bin ‘Amr al-Anshari radhiyallahu ‘anhu)
10. Bersabar mengemban amanat Allah Subhanahu wata’ala yang berupa anakanak perempuan, mendidik, dan menafkahi mereka
Memiliki anak perempuan bukan kekurangan, apalagi kehinaan,
sebagaimana halnya orang-orang jahiliah dahulu merasa hina dengan
kelahirannya. Anak perempuan adalah karunia besar dari AllahSubhanahu wata’ala. Barang siapa mengemban amanat ini, sungguh mereka akan menjadi benteng dari api neraka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ، فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ
وَأَطْعَمَهُنَّ وَسَقَاهُنَّ وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ
حِجَابًا مِنْ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa memiliki tiga anak perempuan, kemudian dia bersabar
atas mereka, memberikan makan, minum, dan pakaian untuk mereka dari
usahanya, sungguh mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka
pada hari kiamat.” (Sahih, HR. Ibnu Majah no. 3669 dari hadits ‘Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu) Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
دَخَلَتْ امْرَأَةٌ مَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا تَسْأَلُ فَلَمْ
تَجِدْ عِنْدِي شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا،
فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا ثُمَّ قَامَتْ
فَخَرَجَتْ,فَدَخَلَ النَّبِيُّ, عَلَيْنَا فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ: مَنِ
ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ
النَّارِ
“Seorang perempuan dengan dua anak perempuannya masuk (ke rumahku) meminta-minta, tetapi dia tidak mendapatkan di sisiku selain sebutir kurma. Kuberikan kurma itu kepadanya. Dia belah sebiji kurma untuk kedua putrinya dan dia sendiri tidak memakan kurma tersebut. Kemudian pergilahwanita itu. Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam datang, kukabarkan kejadian ini. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda, ‘Barang siapa diuji dengan anak-anak perempuan, sungguhmereka akan menjadi pelindung dari neraka’.” (HR. al-Bukhari no. 1418)
Demikian beberapa amalan yang disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai benteng dari api neraka. Semoga Allah Subhanahu wata’ala memudahkan kita dalam mengamalkan dan memperoleh keutamaannya, insya Allah.
Sumber :