Sabtu, 26 September 2015

Musibah Mina 1436 H

MUSIBAH MINA 1436H
____________________________

Semoga Allah merahmati para jama'ah haji Baitullah Ka'bah yang wafat dalam Mina 10 Dzulhijjah 1436 H / 24 September 2015 M. Semoga Allah mengampuni mereka dan menempatkannya di Surga-Nya. Inna lillahi wa Inna ilaihi Raji'un  Semoga Para Jama'ah yang mengalami luka-luka segera terobati.
Mina menjadi tempat bagi hamba-hamba-Nya yang Allah pilih mereka untuk wafat
🔹 ketika melaksanakan ibadah yang agung,
🔹 di tempat yang mulia, 
🔹 pada bulan yang agung,  dan
🔹 pada hari yang agung pula.

Mina sebagai tempat terjadinya peristiwa yang sudah Allah taqdirkan.

Sungguh Saudi Arabia telah MEMBERIKAN KHIDMAT DAN PELAYANAN YANG SANGAT BESAR DAN LUAR BIASA TERHADAP PARA JAMA'AH HAJI.

Saudi Arabia telah mencurahkan upaya yang sangat besar dalam memberikan khidmat dan pelayanan untuk pelaksanaan ibadah Haji dan para Jama'ah Haji.
Pemerintah Saudi Arabia tidak kurang dalam mengeluarkan dana dan upaya demi kenyamanan para jama'ah haji. Namun taqdir Allah di atas itu semua

WASPADA!!!  dari berbagi pemberitaan di media-media yang memanfaatkan kejadian musibah Mina ini untuk menjatuhkan dan mencela segala upaya besar pelayanan Pemerintah Saudi Arabia terhadap para Jama'ah Haji.

TERNYATA ULAH JAMA'AH HAJI IRAN SEBAB TRAGEDI MINA 10 Dzulhijjah 1436 H / 24 September 2015 H
_________________________________

Sejumlah saksi mata di lokasi tragedi Mina mengatakan, bahwa insiden diawali ketika para jamaah haji dari Iran melakukan PELANGGARAN dengan :
⚫ melewati dan
⚫ menerobos

rute jamaah lainnya seraya
berkampanye tentang ide revolusi Iran.

Mereka menolak diatur saat diminta oleh para petugas haji untuk kembali ke rute yang sudah ditentukan.

Pejabat Keamanan di Saudi mengatakan, penyebab insiden Mina lantaran jamaah haji dari Iran tidak mengikuti rute yang sudah ditentukan pemerintah Saudi. Hal seperti ini selalu terjadi setiap tahun.

“Jamaah dari Iran tidak mendengarkan dan mengabaikan instruksi kemudian bentrok dengan kami dan meneriakkan slogan-slogan revolusi sebelum terjadinya musibah Mina” ungkap seorang pejabat keamanan Saudi seperti dikutip akun @SaudiNews50 Kamis (24/9)

Para saksi mata mengungkap, bahwa mereka sering menyaksikan jamaah haji dari Iran mempropagandakan apa yang mereka sebut sebagai “Revolusi Islam” kepada jamaah haji dari negara lain. “Mereka juga kerap mengambil keuntungan dengan memprovokasi jamaah untuk bentrok antar jamaah dan pasukan keamanan Saudi.”.

Saksi mata di lokasi kejadian melaporkan, jamaah haji Iran kembali dari jamarat melalui jalan yang sama, seharusnya melalui jalur lain.

Tentu saja arus Jamaah Haji Iran ini berlawanan arah dengan arus jama’ah yang hendak berangkat ke Mina untuk melontar jumrah.... Maka terjadilah musibah Mina tersebut.
Asalnya ada suara teriakan dari jamaah haji yang meneriakkan agar rombongan jamaah haji dari Iran memutar arah ke belakang. Sehingga mereka pun bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah para jamaah haji lain yang juga menggunakan jalan yang sama untuk menuju ke jamarot. Inilah sebab utama terjadinya musibah di Mina.
Maka sangat Ironis, ketika pemerintah Iran menampilkan diri sebagai pihak yang menuntut, menghujat, dan menyalahkan pemerintah Saudi Arabia.

SAUDI ARABIA SEBAGAI PELAYAN HAJI dan HARAMAIN
Di antara nikmat dan karunia-Nya :

Allah menjadikan yang mengatur urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,  Pengelolaan Haji dan Umrah adalah Saudi Arabia, Negeri Tauhid dan Sunnah BUKAN Iran yang beragama Syi'ah. Semata-mata rahmat Allah dan penjagaan dari-Nya

Jika dihitung sejak tahun 1400 H,  Saudi Arabia menerima dan melayani tamu lebih dari 70 Juta jama'ah haji.
Dalam kurun waktu tersebut hingga musim haji tahun ini (36 tahun) ,  dalam berbagai musibah yang terjadi — yang tidak sedikit penyebabnya adalah orang-orang Syi'ah — jumlah korban meninggal tidak lebih dari 5 ribu jiwa. Sekali lagi,  dalam sekian kali musibah dan insiden tersebut, penyebabnya adalah ORANG-ORANG SYI'AH

BAGAIMANA JIKA SYIAH yang memegang urusan haji?

Na'udzubillah, semoga Allah menjaga kaum muslimin, JANGAN SAMPAI SYI'AH YANG KEJAM ITU memegang urusan haji. Namun,  sejarah menunjukkan pada kita,  pada SATU KALI MUSIM HAJI saja,  yaitu pada tahun 317 H silam....
Ketika kaum Syiah Qaramithah menyerang Masjidil Haram dan mengusai kendali pengurusan haji waktu itu,  yang dipimpin oleh Abu Thahir al-Qirmithi.

APA YANG TERJADI...??

Jangan bicara soal pelayanan apalagi kenyamanan terhadap jama'ah haji... Yang ada adalah PEMBANTAIAN. Para jama'ah haji DIBANTAI...

Tahukah Anda berapa korbannya??

30 RIBU jama'ah haji menjadi korban. Itu sekali musim haji..... 30 RIBU nyawa melayang dalam SEKALI musim haji.

Lalu,  bagaimana kaum Syiah yang kejam dan sadis itu memperlakukan para jamaah haji yang mereka bunuh itu?

Abu Thahir al-Qirmithi memerintahkan untuk DIKUBUR di sumur ZAM-ZAM!!! Sisanya DIKUBUR di Masjidil Haram!!!

Yang lebih MEMILUKAN lagi adalah : Syiah kemudian MENCURI Hajar Aswad yang mulia dan membawanya ke negeri mereka. Sehingga pada tahun-tahun berikutnya,  kaum muslimin berhaji TANPA Hajar Aswad selama ± 22 musim haji!!!
Dan masih BANYAK LAGI KEJAHATAN yang dilakukan oleh kaum Syi'ah pada musim haji tahun 317 H itu. Penyebutan di atas hanyalah penggambaran singkat saja. Padahal kejahatan Syi'ah terhadap umat Islam sepanjang sejarah sangatlah banyak. Termasuk kejahatan Syiah di Tanah Haram,  pada musim haji,  terhadap para jama'ah.  Tak ketinggalan, tragedi Mina musim haji 1436 H kali ini pun Syi'ah ternyata juga menjadi penyebabnya.

“Kejanggalan-Kejanggalan” yang menarik untuk dicermati pada Tragedi Mina 1436 H

Di luar dugaan, jumlah korban meninggal Tragedi Mina kali ini sangat besar, ditambah korban cidera dan luka-luka.

Tampaknya ada yang tidak wajar. Kenapa?

▪Dahulu ketika Jamarat masih sempit (tidak seluas sekarang), ketika terjadi insiden desak-desakan jumlah korban meninggal tidak sampai di atas 200 jama’ah.

▪ Petugas Haji Saudi Arabia yang diturunkan sangat banyak dan sangat lebih dari cukup. Mereka sigap dan tangkas bekerja di lapangan memberikan pelayanan yang terbaik. Mereka adalah para petugas yang terlatih, professional, dan berpelangalaman. Komitmen Pemerintah Saudi Arabi tidak main-main dalam memberikan khidmat terhadap Haramain dan pelayanan haji. Biaya besar dikeluarkan, berbagai saran dan masukan diterima dengan lapang dada, berbagai evaluasi dan perbaikan pelayanan terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Bahkan ada departemen dan kementrian khusus yang mengatur urusan haji dan pengelolaannya. Di antara hasil nyatanya, dalam waktu 10 tahun terakhir hampir-hampir tidak terdengar ada musibah yang berarti. Tentu saja itu semua berkat karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala Sang Pencipta dan Pemelihara manusia beserta jagat raya ini.

▪ Pada tahun-tahun sebelumnya, pada jam yang sama dengan waktu kejadian tragedi Mina kemarin, arus jama’ah memang padat, namun karena tertib dan teratur semuanya berjalan dengn lancar, termasuk jama’ah haji bisa melempar jumrah dengan tertib, lancar, dan aman.

Tragedi kemarin terjadi BUKAN di jalan utama, melainkan di jalan cabang. Di tengah perkemahan resmi jama’ah haji. Sebagaimana dilaporkan oleh Jubir Resmi Saudi Arabia, bahwa jalan tersebut merupakan jalan cabang, dan penumpukan jama’ah dalam jumlah besar di jalan cabang tersebut BELUM PERNAH TERJADI SEBELUMNYA!!

Tempat terjadi tragedi, masih sangat jauh dari Jamarat, kurang lebih 2 Km!!

Jadi, lokasi tragedi tersebut di tengah perkemahan resmi, maka korbannya kemungkinan besar adalah jamaah haji resmi yg memiliki tenda resmi.

Jadi sekali lagi, insiden bukan di Jamarat, bukan pula di jalur utama pejalan kaki!!

Biasanya di jalan cabang ini, minim kerawanan insiden. Tingkat kepadatannya pun tidak seperti di jalur utama pejalan kaki. Kalau Jama’ah berjalan searah, walaupun dalam jumlah banyak, insya Allah aman dan lancar, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Maka sangat besar kemungkinan tragedi memilukan ini memang SUDAH DIDESAIN sedemikian rupa, ada orang-orang yang disiapkan untuk membuat kegaduhan dan keributan, kemudian sudah disiapkan pula statement-statement politiknya.

Jelas ada kepentingan besar untuk menjatuhkan Saudi Arabia di mata internasional. Musim haji merupakan waktu yang sangat tepat untuk membuat kegaduhan, yang dengan itu menjadi sarana sangat efektif untuk memojokkan Pemerintah Negeri Tauhid tersebut.

Fakta di lapangan membuktikan, bahwa tragedi berawal dari jama’ah haji Iran yang sengaja bergerak melawan arus. Sebagaimana dilaporkan di media, pengakuan salah seorang pimpinan Jama’ah haji Iran, bahwa gerakan 300 jama’ah haji Iran yang melawan arus sebagai sebab di balik tragedi Mina.

Iran sangat berkepentingan untuk membuat keributan pada musim haji, untuk menjatuhkan Saudi Arabia, menyusul kekalahan Syi’ah Hutsi di Yaman dukungan Iran, yang dengan rahmat Allah bala tentara Tauhid berhasil memukul mundur kaum Syi’ah Hutsi di Yaman.

Dilaporkan oleh salah satu media juga, bahwa Mantan diplomat Iran mengungkap rencana intelijen pemerintah Iran untuk mempermalukan Kerajaan Arab Saudi dengan merusak pelaksanaan haji di musim ini. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan elemen-elemen ISIS dan beberapa elemen yang berada di bawah intelijen Iran. Dinyatakan juga oleh mantan diplomat Iran tersebut bahwa pemerintah Iran telah menyepakati bahwa cara terbaik dan waktu terbaik untuk menghadapi Arab Saudi adalah ketika musim haji. Pemerintah Iran juga bersepakat bahwa kalau sekiranya tidak bisa menimbulkan keributan pada musim haji tahun ini, mereka akan kehilangan kesempatan dan harapan untuk membalas kekalahan sekutu mereka di Yaman (kelompok Houtsiyin) yang diserang oleh koalisi negara-negara Arab pimpinan Arab Saudi.

Mantan diplomat Iran tersebut juga menuturkan bahwa rencana ini telah dibahas dalam sebuah pertemuan, sepekan setelah bulan suci Ramadhan. Hadir dalam perencanaan tersebut adalah Ali Khamenei, beserta dengan tokoh-tokoh keamanan Iran seperti Qasem Sulaimany, Ali Akbar Wilayaty, Ali Larijani dan Alauddin Baroujerdi. Pertemuan tersebut digelar selama berjam-jam!!

Tepat sehari sebelum tragedi Mina, ketika jama’ah Haji kaum muslimin sedang khusyu’ melaksanakan ibadah wuquf di Arafah, sebuah akun facebook milik Hassan M Assegaf menebar provokasi melakukan pergerakan. Yang ternyata isi tulisan di facebook milik Irancorner Hassan M Assegaf itu SAMA PERSIS dengan isi akun resmi IJABI Pusat, juga diposting sehari sebelum tragedi Mina!!

Patut kita renungkan :
....................................... Bertahun-tahun pemerintah Saudi Arabia memberi pelayanan dengan tanpa ada insiden, pernahkah ada yang memberi apresiasi? Terkhusus negara Iran, pernahkah mengungkapkan penghargaan dan rasa terima kasih pada saat musim-musim  haji yang telah lalu yang berlangsung sangat tertib dan khidmat? Tapi, mengapa begitu ada musibah, negara Iran tidak menampakan keinginan membantu pemerintah Saudi bahkan berlaku murka kepada pemerintah Saudi. Itu ditandai dengan kecaman Ali Khameini terhadap pemerintah Saudi.

Ada apa dibalik ini semua??

Di mana suara kaum liberal, syiah, dan orang-orang berpenyakit hatinya kala pemerintah Saudi bertahun-tahun mampu dan sangat perhatian terhadap keberlangsungan ibadah haji dengan penuh khidmat? Adakah mereka mengapresiasi pemerintah Saudi? Walaupun, penulis yakin, pemerintah Saudi sendiri tidak mengharap pujian dan sanjungan dari negara dan atau individu manapun.

Tahun ini pun,  pelayanan pemerintah Saudi Arabia terhadap Jama'ah Haji tidak ada yang berkurang,  bahkan makin meningkat sebagaimana diakui oleh para jama'ah Haji.
Namun tidak ada seorang pun yang bisa melawan Kuasa Allah. Dengan Hikmah dan Keadilan-Nya, Allah menghendaki terjadinya Tragedi ini.
Sungguh bertentangan dengan agama dan akal yang sesat,  apabila tragedi ini dijadikan alasan untuk memojokkan dan menjatuhkan Saudi Arabia, seraya melupakan berbagai jasa baik yang sangat banyak, bahkan lupa atas kekuasaan dan keadilan Allah 'Azza wa Jalla??

AWAS!!!  HATI-HATI TERHADAP MEDIA SEKULER YANG MEMUAT BERITA TRAGEDI DI MINA, dengan MEMUTAR BALIK FAKTA...

❌ Terungkap, Putera Raja Salman Penyebab Tragedi Mina -
⛔  http://www.satuislam.org/internasional/terungkap-putera-raja-salman-penyebab-tragedi-mina/?utm_source=WhatsApp&utm_medium=IM&utm_campaign=share

❌ Surat Kabar Lebanon Tuduh Menhan Arab Saudi Penyebab Tragedi… -
⛔  http://m.metrotvnews.com/read/2015/09/25/173519

Disadari atau tidak, pola pikir dan perilaku masyarakat saat ini kebanyakan terpengaruh oleh kultur media massa. Bermunculannya media informasi yang sangat pesat bak jamur tumbuh di musim hujan disambut layaknya makanan lezat oleh orang yang lapar atau air yang sejuk oleh orang yang haus.

Mirisnya, kebanyakan media massa tersebut berada di genggaman musuh-musuh Islam. Melalui media-media tersebut, mereka tebarkan virus yang bisa membunuh agama seseorang. Media dijadikan alat propaganda untuk memberi gambaran buruk tentang Islam dan kaum muslimin. Islam diopinikan sebagai batu ganjalan tercapainya kemodernan. Di sisi lain, mereka mengemas kekafiran dan kemaksiatan sebagai sesuatu yang lumrah dan hak setiap individu.

Memang, sebagian media massa ada yang dimiliki oleh orang-orang Islam. Akan tetapi, kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik dan tidak paham tentang agama. Di samping itu, yang dikejar hanyalah profit. Bahkan, karena ketidakpahaman tentang agama, sebagian media massa yang bernapaskan keislaman terkadang menyuguhkan info dan menyajikan tayangan yang berbau syirik, bid’ah, dan khurafat. Sangat minim media massa-media massa yang mengusung risalah Islam yang sesungguhnya. Karena itu, mengetahui hakikat media massa menjadi sesuatu yang urgen agar seorang tidak salah menerima informasi.

(Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman dalam asysyariah.com)

KENAPA IRAN SANGAT BERAMBISI??!

Yang paling lantang berteriak memojokkan dan memprotes Saudi Arabia adalah IRAN.

"Saya minta pemerintah Arab Saudi bertanggung jawab atas bencana ini dan memenuhi kewajiban legal dan Islaminya terkait hal ini," ujar Rouhani menirukan pernyataan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang juga menyalahkan pemerintah Saudi.

"Dunia tak akan menerima alasan-alasan seperti cuaca panas atau para jemaah tidak bisa diatur," cetus salah seorang ulama Iran, Mohammed Emami-Kashani.

Media-media pro Iran pun gencar membentuk opini sedemikian rupa,  mengarah pada satu kesimpulan bahwa Saudi-lah yang salah.

IRAN BERBUAT DEMIKIAN,  karena :
▪ Iran adalah penganut agama Syiah,  yang dalam perjalanan sejarahnya memang sangat memusuhi Islam dan kaum muslimin.
WASPADALAH KAUM MUSLIMIN, janganlah melupakan berbagai tragedi berdarah yang menimpa umat Islam akibat ulah kekejaman Syi'ah.

▪ Iran sangat berkepentingan untuk menyukseskan ide internationalisasi Makkah dan Madinah. Sebenarnya ide internasionalisasi Mekah dan Madinah ini bukanlah barang baru. Pada dekade 80-an ide ini pernah dipopulerkan oleh pemimpin spiritual tertinggi Syiah sekaligus pemimpin revolusi Iran, Khomeini. Khomeini meminta agar pengelolaan dua Kota Suci umat Islam itu dikelola oleh Komite Islam Internasional dan tidak dibawah pemerintah Kerajaan Saudi Arabia. Seruan Khomeini ini pun berujung kepada tragedi Mekah pada 1987 M,  di mana 400 lebih warga Iran tewas SETELAH MEMBUAT KERUSUHAN di Mekkah. Berbagai kalangan menilai insiden Mekah 1987 itu AKIBAT PROVOKASI dari Khomeini.

Padahal, tidak ada jaminan penyelenggaran haji dan pengelolaan dua kota suci akan menjadi lebih baik jika dialihkan dari tangan Saudi Arabia. Justru tantangan kompleks akan menanti dengan terlibatnya sejumlah pihak dalam mengaturnya. Kita perlu juga menyadari mengatur 1.355.000 jiwa ditambah 48.000 jamaah haji domestik— berasal dari budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda—dalam satu titik yang sama, BUKANLAH PEKERJAAN YANG MUDAH. Kerajaan menghabiskan miliaran riyal untuk manajemen Haji dan mengerahkan sumber daya terbaik untuk melaksanakan proyek raksasa di tempat-tempat suci. Kerajaan menganggap tugas ini sebagai kewajiban Islaminya. Pemerintah tidak mengambil keuntungan apapun dari operasi masiv Haji ini.

Padahal :

⛔ Negara-negara gabungan Eropa tidak mampu menampung 120 ribu pengungsi dan mengadakan berbagai macam konferensi-konferensi.

⛔ Iraq tidak mampu menampung 50 ribu pengungsi dari sholahud-dien dan mayoritas mereka meninggal sebelum masuk gerbang-gerbang (perbatasan).

⛔ Amerika pun tidak mampu menampung 10 ribu pengungsi.

Biasa terjadi desak-desakan di stadion sepak bola, sehingga menyebabkan kematian ratusan orang, sebagaimana terjadi di Mesir dan negara lain.

Termasuk di Iran sendiri terjadi desak-desakan oleh penonton sepak bola, —sekali lagi penonton sepak bola —
Padahal jumlah mereka hanya 20 ribu supporter. Berapa korbannya?
yang mati 500 dan korban luka 700. (perhatikan baik-baik rasio angkanya).

Sementara Saudi Arabia dengan karunia dari Allah :
- Mampu menampung 2,5 juta penduduk suria tanpa gembar-gembor di media, tanpa menyebutkan satu pengungsipun.
- Membenahi keadaan setengah juta penduduk Yaman yang mukim di sana. Dan ma
.sih sangat banyak lagi.

Sebelum ikut berbicara tentang pengelolaan haji dan pelayanan jama'ah Haji dengan tertib, aman,  lancar,  dan nyaman; pihak-pihak pengkritik Saudi Arabia hendaknya berkaca diri terlebih dahulu.

Contoh kecil : Pengurusan Masjid,  berapa banyak yang tidak becus mengurus masjid, mulai dari pengadaan fasilitas dan sarana,  kebersihan,  kenyamanan,  dan perbaikan kerusakan. Tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan bagaimana pemeliharaan dan perawatan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi oleh Pemerintah Saudi Arabia. Contoh lainnya,  berapa banyak korupsi dan penggelapan dana haji — sangat disesalkan — terjadi. Sangat jauh berbeda dengan Pemerintah Saudi Arabia yang sama sekali tidak mengambil keuntungan apapun dari pengelolaan dan pelayanan haji. Padahal biaya triliyunan rupiah harus dikeluarkan, belum lagi perawatan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,  belum lagi pengelolaan dan pelayanan Umrah yang tidak pernah berhenti sepanjang tahun.
Semata-mata itu semua merupakan karunia dari Allah Ta'ala,  Yang Maha Kaya dan Maha memberikan rizki.

APA JADINYA JIKA IRAN MENGELOLA HAJI?

Paska tragedi Mina kemarin, Iran menuding Saudi Arabia tidak mampu dan tidak cakap mengurus penyelenggaraan haji.
Jika ditanyakan balik,  apakah Iran mampu dan cakap mengurus haji??

INGATLAH SEJARAH....
Syiah memiliki rekam jejak sangat buruk dan kelam dalam sejarah pelaksanaan Ibadah Haji, mereka kerap kali melakukan kekacauan yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa dari kaum muslimin yang sedang khusyu' menunaikan Ibadah Haji. Berikut beberapa peristiwa berdarah dari sekian banyak kekacauan yang dilakukan Syiah dalam sepanjang sejarah:

* Tahun 312 H,
PEMBANTAIAN JAMA'AH HAJI OLEH SYI'AH QARAMITHAH
Di bawah pimpinan Abu Thahir al-Qaramithi pemeluk Syiah menyerang kafilah yang baru saja pulang dari menunaikan Ibadah haji di Makkah. Mereka membunuhi kaum lelaki dan menawan kaum wanita. Merampas harta mereka yang lebih dari 1 juta dinar.
📚 (Al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir al-Syafi’i 9/149).

*Tahun 317 H,
Abu Thahir al-Qaramithi memasuki Masjidil Haram pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah).
Dia dan tentaranya :
-MEMBANTAI para jamaah haji dan mu’tamirin di sekitar Ka’bah, baik mereka yang sedang thawaf, maupun mereka yang bergelantungan di kiswah Ka’bah.
-Merampas harta mereka.

Tidak sampai di situ, Abu Thahir al-Qaramithi kemudian :
-Memerintahkan jasad-jasad jama'ah haji yang mereka bunuh itu untuk DIMASUKKAN KE DALAM SUMUR ZAM-ZAM!!!  Lahaulaa walaa Quwwata illa billah
- Melepas Kiswah dan pintu Kabah, dan
- Dengan pongah mencuri Hajar al-Aswad dari Ka’bah, dan membawanya ke Kerajaan mereka, dan tetap berada di sana sampai tahun 339 H ( selama ± 22 tahun!!). (Al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir al-Syafi’i 9/160).

* Tahun 1406 H/ 1986 M:
Jama’ah haji Iran turun di Jeddah. Setelah melalui pemeriksaan, ternyata kebanyakan jama’ah yang berjumlah 500 orang itu, menyembunyikan bahan peledak jenis C4 pada bagian bawah tas mereka.
Ketika disita petugas,  kemudian bahan peledak tersebut dikumpulkan dan mencapai berat 150 Kg!!

* Tahun 1407 H/ 1987 M.
Hizbullah bekerja sama dengan Garda Revolusi Iran, dan didukung oleh Jama’ah haji Syiah dari Saudi, mengadakan demonstrasi besar-besaran di Makkah al-Mukarramah, pada musim haji 1407 H.  Mereka MENGKAFIRKAN dan MENGANCAM Negara Saudi Arabia,  sambil membawa gambar-gambar poster Khomeini!!! Hasilnya, 402 orang wafat, 85 di antaranya adalah para petugas keamanan. 
Kerusuhan ini menyebabkan puluhan bangunan hancur, ratusan wanita, anak-anak, dan orang tua terinjak-injak , dan ratusan ribu jama’ah haji terhambat melaksanakan manasik.

* Tahun 1409 H.
Anggota Hizbullah-Saudi bekerjasama dengan Syi’ah Kuwait melakukan aksi peledakan bom di Kota Makkah.
Bahan peledak mereka peroleh dari pejabat Kedubes Kuwait di Saudi yang ternyata seorang Syiah. Para pelaku dalam peristiwa itu oleh disebut-sebut sebagai syuhada dan dinobatkan sebagai para wali.

* Tahun 1410 H
Kejahatan Syi'ah dalam bentuk menyemprotkan gas BERACUN kepada para Jama'ah Haji di al-'Mu'aishim,  yang menyebabkan RIBUAN jama'ah haji meninggal dunia.

Masih BANYAK LAGI rentetan peristiwa KEJAHATAN Syiah di8 Tanah Haram pada musim haji.
Iktu sekedar rekaman singkat peristiwa berdarah yang dilakukan oleh Syiah di Tanah Haram,  pada bulan Haram,  ketika musim haji. Karena memang bagi Syi'ah,  Makkah sudah tidak ada kehormatannya.

PANGERAN MUHAMMAD BIN SALMAN DITUDING SEBAGAI BIANG TRAGEDI MINA...benarkah demikian?

Tragedi Mina 1436 H yang memakan korban tujuh ratus lebih meninggal, diketahui penyebabnya adalah ulah jama'ah IRAN. Pengurus Haji Iran pun mengakui bahwa 300 jamaah haji Iran memang MENYALAHI ATURAN gelombang melempar,  dan bergerak melawan arus. Sehingga arus terhenti di jalan 204 dan terjadilah tragedi tersebut. Namun Pemerintah Iran melalui pejabat-pejabat tingginya paling keras berteriak menuding dan menjatuhkan Saudi Arabia.  Dengan segala cara berbagai media pro Iran membentuk opini,  bahwa Saudi Arabia-lah yang bersalah. Rupanya, hal tersebut mereka lakukan untuk menutup-nutupi kenyataan sebenarnya. Salah satu yang mereka propagandakan bahwa kedatangan Pangeran Salman yang berziarah dengan rombongan konvoi besar telah mengakibatkan jalur jamaah terpaksa dibelokkan. Akibatnya arus jama'ah haji terhenti di jalan 204. Setelah timbul kericuhan dan jatuh korban, rombongan tersebut buru-buru pergi dari tempat tersebut. Pihak kerajaan berusaha menutupi kejadian tersebut. Bahkan 28 orang petugas dijadikan kambing hitam dan dihukum pancung. Sangat disayangkan,  sejumlah media nasional ikut-ikutan termakan propaganda Iran tersebut. Sejumlah media online nasional memberitakan bahwa iring-iringan rombongan Pangeran Muhammad bin Salman Al Saud yang akan melempar jumrah membuat perjalanan jamaah haji menuju jamarat dihentikan sehingga mereka berdesakan di jalan 204 dan akhirnya ratusan orang meninggal.

Ternyata ujung sumber pemberitaan itu sebagiannya bersumber dari media Lebanon dan sebagiannya dari media Iran. Media Lebanon yang dikutip pun ternyata juga bersumber dari kantor berita resmi Iran, FARS. Padahal Pangeran Muhammad bin Salman Al-Saud TIDAK SEDANG MENUNAIKAN IBADAH HAJI tahun ini. Para saksi yang berada di lokasi kejadian, baik dari jamaah Haji Indonesia maupun dari negara lain, TIDAK ADA yang mengatakan bahwa Pangeran Muhammad bin Salman berada tak jauh dari lokasi kejadian. Selain itu, lucunya sejumlah media pro syiah memperkuat tudingan itu dengan menampilkan sebuah video yang seolah-olah menunjukkan pangeran Arab Saudi menggelar konvoi dan menutup akses jalan. Padahal setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata video tersebut adalah VIDEO LAMA yang telah diunggah pada tahun 2012.

Demikianlah Syiah menempuh segala cara untuk menjatuhkan dan menghujat Saudi Arabia. Namun, apabila melihat pada aqidah dan sejarah Syi'ah maka kita tidak heran. Aqidah dan sejarah yang menunjukkan watak pendusta dan menyimpan kebencian serta kebengisan kepada kaum muslimin.
al-Imam asy-Syafi'i salah seorang imam besar kaum muslimin, termasuk kaum muslimin di Nusantara sangat kenal siapa beliau,  mengatakan tentang kaum Syi'ah :
"Aku belum pernah tahu siapapun yang lebih berani BERDUSTA dalam persaksiannya selain kaum Syi'ah Rafidhah." (Mizanul I'tidal oleh adz-Dzahabi 2/27-28)

Iran yang beragama Syiah itu, dalam catatan sejarah memang telah berkali-kali melakukan kekacauan bahkan aksi berdarah di Tanah Haram,  di Masjidil Haram,  di depan Ka'bah,  pada musim haji, dan menelan ribuan jama'ah Haji.  Salah satunya aksi kekerasan Syi'ah pada musim haji tahun 1987, Syiah menyalakan api.
Bisa dilihat 
Lihat Tweet @SaudiNews50: https://twitter.com/SaudiNews50/status/647560541360156673?s=08

Kita sangat memberikan apresiasi terhadap pemerintah Saudi Arabia yang selama ini terus memberikan pelayanan terbaik untuk jama'ah haji dan kenyamanan mereka,  menjaga dan merawat Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Para petugas haji yang diturunkan di lapangan benar-benar memberikan pelayanan terbaik, dengan sigap, cepat,  dan profesional. Sedikit cuplikan potret kerja para petugas haji itu bisa dilihat Pic.twitter.com/3K2G3aDJjm

Lihat Tweet @SaudiNews50: https://twitter.com/SaudiNews50/status/647078680196284422?s=09

Lihat Tweet @SaudiNews50: https://twitter.com/SaudiNews50/status/647436060465610752?s=09

Mengurus dan mengatur Jama'ah haji yang jumlahnya hampir 3 juta jiwa memang bukan hal yang mudah.  Butuh kerja keras dan manajemen luar biasa, yang dilakukan atas dasar ikhlas semata-mata mengharap pahala dari Allah. Dalam pengelolaan haji ini, dengan biaya trilyunan rupiah,  pemerintah Arab Saudi sama sekali tidak mengambil keuntungan apapun. Segala fasilitas diberikan kepada para jamaah haji tanpa dipungut biaya.  Adapun keuntungan sewa hotel, penjualan makanan,  souvenir tidak masuk ke kas negara,  tapi kembalinya kepada pemilik masing-masing. Tidak seperti DITUDUHKAN oleh sebagian kalangan di Nusantara ini,  bahwa pemerintah Saudi berambisi untuk meningkatkan devisa negara melalui proyek raksasa ini. Sungguh tuduhan tak bertanggung jawab!!

Memberikan pelayanan untuk dua tanah haram merupakan kehormatan bagi Saudi Arabia. Raja Salman bin Abdul Aziz mengatakan, "Allah telah memuliakan Kerajaan Saudi Arabia untuk memberikan pelayanan kepada dua tanah haram yang mulia. Kami tegaskan tekad kami untuk mengokohkan persatuan dan tidak membiarkan adanya tangan-tangan tersembunyi yang bermain!", sebagaimana dikutip oleh @SaudiNews50

Itu semua tidak lain semata-mata berkat karunia dan rahmat Allah.
Semoga Allah senantiasa menjaga dan melindungi Saudi Arabia,  serta membimbingnya untuk selalu di atas kebenaran.  Amin Ya Rabbal Alamin

•••••••••••••••••••••••
Sumber :
Majmu'ah Manhajul Anbiya

Jumat, 18 September 2015

Kebodohan Merusak Kebersamaan

Ditulis oleh: Al-Ustadz Muhammad Umar As-Sewed Hafizhohullohu

Orang-orang yang cerdas dan berilmu niscaya mengetahui betapa pentingnya kebersamaan. Sehingga mereka benar-benar menjaga kebersamaan dalam jamaah kaum muslimin dan penguasa (pemerintah)-nya. Adapun orang-orang yang bodoh, sama sekali tidak mengerti betapa pentingnya kehidupan berjamaah dengan satu penguasa. Bahkan mereka tidak mengerti mana yang lebih banyak antara satu dan sepuluh. Yakni, mana yang lebih besar antara korupsi, kolusi, atau nepotisme (KKN) dengan pertumpahan darah kaum muslimin dalam perang saudara.

Seorang yang berilmu mengetahui bahwa dengan mengikuti bimbingan Sunnah Rasulullah n berikut penerapannya yang dicontohkan salafus shalih, pasti kaum muslimin akan terbimbing ke jalan yang terbaik. Maka, ia akan menghadapi penguasa yang dzalim dengan petunjuk dan bimbingan dari Nabi n. Sedangkan orang-orang yang bodoh berjalan bersama emosi dan hawa nafsunya, tanpa meminta bimbingan Rasulullah n. Mereka merasa lebih pandai dan lebih cerdas dari para nabi dan para ulama yang merupakan para pewarisnya. Merekalah kaum reaksioner Khawarij, yang selalu menyebabkan petaka dan bencana di setiap zaman. Mereka tidak memperbaiki keadaan –seperti pengakuan mereka– tetapi justru menghancurkan kebersamaan.

Banyak tulisan-tulisan mereka yang sampai kepada tangan penulis, dalam bentuk surat, selebaran, ataupun makalah-makalah. Hampir seluruhnya berisi “dalil-dalil” dan “bukti-bukti” tentang kafirnya penguasa, yang kemudian berujung menghalalkan darah mereka. Tentu saja dengan nama samaran, alamat palsu, dan penerbit yang tidak jelas. Namun seperti CD yang diputar ulang, isinya tetap sama seperti ucapan Khawarij yang pertama: “Siapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka ia kafir.”

Tentu saja jawaban kita Ahlus Sunnah seperti jawaban Ali bin Abi Thalib z dan para sahabat yang lain: “Kalimat yang haq, namun yang dimaukan adalah kebatilan.” Yakni, ayat-ayat dan hadits-hadits dalam tulisan mereka adalah kalimat-kalimat yang haq dan kita tidak membantahnya. Namun, apa yang dimaukan dengannya?

Diriwayatkan dari ‘Ubaid bin Rafi’ bahwa ketika kaum Khawarij mengatakan “Tidak ada hukum kecuali hukum Allah”, Ali z pun berkata: “Kalimat yang haq, namun yang mereka maukan adalah kebatilan. Sungguh Rasulullah n telah menggambarkan kepada kami suatu kaum, maka kamipun telah mengenalinya. Yaitu sekelompok orang yang berbicara kebenaran, namun tidak melewati ini –sambil mengisyaratkan ke tenggorokannya–. Mereka adalah makhluk-makhluk yang paling dibenci Allah l….” (HR. Muslim, Kitabuz Zakah juz 7 hal. 173)

Kalau saja mereka menulis dalil-dalil tersebut dalam rangka memperingatkan dan mengancam, maka kamipun sepakat. Karena Al-Imam Ahmad t menyatakan dalam masalah wa’id (ancaman): “Biarkanlah ancaman seperti apa adanya, agar manusia menjadi takut.” Namun ketika men-ta’yin (menentukan si Fulan atau si Allan) kafir, tentu kita harus merincinya. Karena pada dalil-dalil itu bisa jadi yang dimaksud kufur ashghar (kafir kecil) atau kufur akbar (kafir besar), kafir amali atau kafir i’tiqadi, dan lain-lain. Namun yang kita bahas kali ini adalah kebodohan mereka dalam penerapan dalil-dalil tersebut serta akibat dari kebodohan mereka.

Adapun kebodohannya, sangat jelas sekali. Karena mereka menerapkan dalil-dalil kepada orang-orang yang masih shalat, berpuasa, mengeluarkan zakat dan pergi haji. Bukankah di antara hukum Allah l yang mendasar adalah ibadah tersebut? Berarti mereka –paling tidak– masih berhukum dengan hukum Allah l dalam perkara-perkara yang sangat penting tersebut, yang merupakan dasar-dasar keislaman. Oleh karena itulah, Rasulullah n melarang kita untuk memerangi penguasa yang masih shalat.

Diriwayatkan dari ‘Auf bin Malik z bahwasanya Rasulullah n bersabda:

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِيْنَ تُحِبُّوْنَهُمْ وَيُحِبُّوْنَكُمْ، يُصَلُّوْنَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّوْنَ عَلَيْهِمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِيْنَ تُبْغِضُوْنَهُمْ وَيُبْغِضُوْنَكُمْ وَتَلْعَنُوْنَهُمْ وَيَلْعَنُوْنَكُمْ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟ فَقَالَ: لاَ مَا أَقَامُوا فِيْكُمُ الصَّلاَةَ، وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُوْنَهُ فَاكْرَهُوْا عَمَلَهُ، وَلاَ تَنْزِعُوْا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

“Sebaik-baik penguasa kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, yang kalian mendoakan (kebaikan, pent.) mereka dan mereka mendoakan kalian. Dan sejelek-jelek penguasa kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka membenci kalian, serta kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian.” Dikatakan:”Wahai Rasulullah, tidakkah kita perangi saja mereka dengan pedang?” Beliau bersabda: “Jangan selama mereka masih menegakkan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari penguasa kalian sesuatu yang tidak kalian sukai, bencilah perbuatannya namun jangan mencabut tangan kalian dari ketaatan.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya juz 3 hal. 1481 cet. Daru Ihya`ut Turats Al-‘Arabi, Beirut cet. 1, dari jalan Yazid bin Yazid, dari Zuraiq bin Hayyan, dari Muslim bin Qaradhah, dari ‘Auf z)

Ibnu ‘Allan rahimahullah wa ghafarallahu lahu (semoga Allah l merahmati dan mengampuni beliau) berkata: “Ucapan beliau ‘selama mereka menegakkan shalat di tengah-tengah kalian’ adalah larangan untuk memerangi mereka selama mereka masih menegakkan shalat. Karena shalat merupakan tanda-tanda keislaman mereka. Sebab perbedaan antara kekafiran dan keislaman adalah shalat. Yang demikian karena kekhawatiran akan timbulnya fitnah dan perpecahan di kalangan kaum muslimin, yang tentunya lebih parah kemungkarannya daripada bersabar terhadap kejelekan dan kemungkaran yang muncul dari penguasa tersebut.” (Dalilul Falihin li Thuruqi Riyadhis Shalihin juz 1 hal. 473 cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut)

Ibnu Umar z berkata: “Mereka (Khawarij) adalah sejahat-jahat makhluk, karena membawa ayat-ayat yang turun tentang orang kafir kemudian diterapkannya kepada kaum muslimin.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari t, Kitab Istitabatil Murtaddin juz 8 hal. 51)

Maka jangan teperdaya dengan banyaknya ucapan dari para ulama salaf, Ahlus Sunnah dan Ahlul Hadits, yang dinukil dalam tulisan-tulisan mereka. Karena semua itu hanya sesuatu yang dipakai untuk menutupi kebatilan mereka. Para ulama berbicara tentang bahayanya berhukum dengan selain hukum Allah l dalam bentuk ancaman, kemudian mereka menyimpulkannya dengan pengkafiran kaum muslimin dan penghalalan darah secara ta’yin!

Terlebih kebanyakan mereka berusia muda serta bodoh karena minimnya kedewasaan mereka. Sehingga mereka hanya mengandalkan semangat dan ‘otot’ saja, tanpa dilandasi oleh ilmu serta pertimbangan yang matang. Hal seperti ini pun digambarkan dalam riwayat Rasulullah n sebagai berikut:

سَيَخْرُجُ قَوْمٌ فِي آخِرِ الزَّمَانِ، أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَاهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ مِنْ قَوْلِ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ لاَ يُجَاوِزُ إِيْمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، فَأَيْنَمَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda umurnya tapi bodoh pemikirannya. Mereka berbicara seperti perkataan manusia yang paling baik. Keimanan mereka tidak melewati tenggorokannya. Mereka keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Di mana saja kalian temui mereka, bunuhlah mereka. Sesungguhnya membunuh mereka akan mendapatkan pahala pada hari kiamat.” (HR. Muslim)

Al-Imam Al-Ajurri t berkata tentang Khawarij: “Tidak ada perselisihan di antara para ulama yang dahulu maupun sekarang bahwa Khawarij adalah kaum yang sangat jelek. Mereka bermaksiat kepada Allah k dan Rasul-Nya n, walaupun mereka melakukan shalat, puasa, dan bersungguh-sungguh dalam beribadah.”

Maka, akibatnya sangat fatal sekali. Dengan kebodohannya mereka mengkafirkan penguasa berikut aparaturnya, pendukungnya serta semua yang tidak mengkafirkan mereka. Kemudian mereka menghalalkan darahnya serta membolehkan pemberontakan dan praktik-praktik teror. Ini sangat fatal, karena mereka menjadikan citra Islam demikian menakutkan di mata manusia. Akhirnya islamofobia menjalar di masyarakat. Sungguh para pengacau Khawarij memikul dosa besar atas rusaknya gambaran Islam yang dibawa Rasulullah n ini. Padahal sesungguhnya diutusnya Rasulullah n membawa Islam ini adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَـمِينَ

“Dan tidaklah Kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya`: 107)

Karikatur orang-orang kafir Denmark –la’natullah ‘alaihim– memang sangat menyakitkan. Namun apakah pemicu perbuatan mereka kalau bukan perbuatan para teroris banci?!

Rasulullah n dan para sahabatnya berperang melawan orang-orang kafir namun mereka tetap berwibawa di hadapan kawan dan lawan. Mengapa? Karena perang mereka sangat gentle. Memerangi kafir harbi dan tidak memerangi kafir dzimmi, mu’ahad, dan utusan-utusan. Berhadapan muka, bukan dari belakang. Membunuh tentara mereka dan tidak membunuh warga sipil, wanita, dan anak-anak.

Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah n berjalan bersama pasukannya. Kemudian beliau melihat orang-orang mengerumuni sesuatu, maka beliau mengutus seseorang untuk melihatnya. Ternyata didapati seorang wanita yang terbunuh oleh pasukan terdepan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid z, maka Rasulullah n bersabda:

انْطَلِقْ إِلَى خَالِدِ بْنِ الْوَلِيدِ فَقُلْ لَهُ إِنَّ رَسُولَ اللهِ n يَأْمُرُكَ يَقُولُ لَا تَقْتُلَنَّ ذُرِّيَّةً وَلَا عَسِيفًا

“Pergilah kepada Khalid dan katakanlah kepadanya: ‘Sesungguhnya Rasulullah melarang engkau membunuh dzurriyyah (wanita dan anak-anak) dan pekerja (warga sipil)’.” (HR. Abu Dawud)

Dalam riwayat lain, Rasulullah n bersabda:

قُلْ لِخَالِدٍ لاَ تَقْتُلَنَّ امْرَأَةً وَلاَ عَسِيْفًا

“Katakan kepada Khalid: ‘Jangan ia membunuh wanita dan pekerja’.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ath-Thahawi. Lihat Ash-Shahihah karya Asy-Syaikh Al-Albani t, 6/314)

Dengan kata lain, kebodohan kaum reaksioner Khawarij telah menyuburkan berbagai bentuk kerusakan, di antaranya: meruntuhkan kebersamaan kaum muslimin, pertumpahan darah sesama muslim, kekacauan, dan yang lebih parah lagi adalah rusaknya citra Islam. Tidak heran jika Rasulullah n menggambarkan mereka dengan gambaran-gambaran yang sangat jelek dan mengerikan. Beliau n sebut mereka sebagai anjing-anjing neraka, sejelek-jelek bangkai di bawah naungan langit, dan lain-lain.

Diriwayatkan dari Abu Ghalib t bahwa ia berkata: “Pada saat aku berada di Damaskus, tiba-tiba didatangkanlah 70 kepala dari tokoh-tokoh Haruriyyah (Khawarij) dan dipasang di tangga-tangga masjid. Pada saat itu datanglah Abu Umamah –sahabat Rasulullah n– kemudian masuk ke masjid. Beliau shalat dua rakaat, lalu keluar menghadap kepala-kepala tadi. Beliau memandangnya beberapa saat sambil meneteskan air mata, kemudian berkata: “Apa yang dilakukan oleh iblis-iblis ini terhadap ahlul Islam?” (tiga kali diucapkan). Dan beliau berkata lagi: “Anjing-anjing neraka.” (juga tiga kali diucapkan). Kemudian beliau berkata:

هُمْ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمْاءِ، خَيْرُ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوْهُ

“Mereka adalah sejelek-jelek bangkai di bawah naungan langit, dan sebaik-baik orang yang terbunuh adalah orang yang dibunuh oleh mereka.” (tiga kali)

Kemudian beliau menghadap kepadaku seraya berkata: “Wahai Abu Ghalib, sesungguhnya engkau berada di negeri yang banyak tersebar hawa nafsu dan banyak kekacauan.” Aku menjawab: “Ya.” Beliau berkata: “Semoga Allah l melindungimu dari mereka.” Aku katakan: “Tetapi mengapa engkau menangis?” Beliau menjawab: “Karena kasih sayangku kepada mereka, sesungguhnya mereka dulunya adalah golongan Islam (di atas Islam yang benar).” Aku bertanya kepadanya: “Apakah yang kau sampaikan itu sesuatu yang kau dengar dari Rasulullah n atau sesuatu yang kau sampaikan dari pendapatmu sendiri?!” Beliau menjawab: “Kalau begitu, berarti aku sangat lancang jika aku menyampaikan apa yang tidak aku dengar dari Rasulullah n sekali, dua kali, tiga kali, dan seterusnya –hingga beliau menyebutnya sampai tujuh kali. (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Al-Ajurri dalam Asy-Syari’ah hal. 156)

Diriwayatkan pula dari Sa’id bin Jahman, beliau berkata: “Saya masuk menemui Ibnu Abi Aufa dalam keadaan beliau telah buta. Aku memberi salam kepadanya. Ia pun menjawab salamku, kemudian bertanya: “Siapakah engkau ini?” Aku menjawab: “Saya Sa’id bin Jahman.” Dia bertanya lagi: “Apa yang terjadi pada ayahmu?” Aku menjawab: “Dia dibunuh oleh sekte Azariqah (salah satu sekte Khawarij).” Maka Ibnu Abi Aufa mengatakan tentang Azariqah: “Semoga Allah l memerangi Azariqah. Sungguh Rasulullah n telah menyampaikan kepada kami:

أَلآ إِنَّهُمْ كِلاَبُ أَهْلِ النَّارِ

“Ketahuilah bahwa mereka adalah anjing-anjing penduduk neraka.”

Aku bertanya: “Apakah sekte Azariqah saja atau seluruh Khawarij?” Beliau menjawab: “Seluruh Khawarij.” (As-Sunnah, Ibnu Abi ‘Ashim t hal. 428 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani  t dalam Zhilalul Jannah)

Sebaliknya, kita lihat orang-orang yang cerdas dan berilmu yaitu para sahabat g ketika mengalami masa-masa fitnah. Di antaranya Abu Dzar Al-Ghifari z yang –konon katanya1– diusir oleh khalifah ‘Utsman bin ‘Affan z. Maka beliau pergi ke Syam. Ternyata di Syam pun terjadi perselisihan dengan gubernurnya yaitu Mu’awiyah z. Ia pun keluar dari Syam dan tinggal di desa terpencil yang bernama Rabadzah. Apa sikap beliau? Apakah ia bergabung bersama Khawarij memerangi penguasa untuk membela pribadinya?

Sungguh itulah dugaan kaum reaksioner Khawarij kepada Abu Dzar z. Tetapi Abu Dzar tidak sebodoh yang mereka sangka. Ketika mereka mendatangi Rabadzah dan mengatakan kepadanya: “Kibarkanlah bendera untuk kami! Niscaya kami akan menjadi tentaramu melawan khalifah ‘Utsman!” Abu Dzar pun menjawab: “Demi Allah, kalaupun ‘Utsman mengusirku ke timur ataupun ke barat, niscaya aku pun akan mendengar dan taat.” (Ath-Thabaqat Al-Kubra, Ibnu Sa’d, juz 4 hal. 227, melalui kitab Mauqif Ash-Shahabah fil Fitnah karya Dr. Muhamad Amhazun juz 1 hal. 457)

Dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah t, Abu Dzar z berkata: “Wahai ahlul Islam, jangan kalian tawarkan kejelekan kalian kepadaku! Jangan kalian jatuhkan kehormatan penguasa. Karena sesungguhnya barangsiapa menghinakan penguasa (muslim) maka Allah l akan menghinakannya.” (Mushannaf, juz 15 hal. 227 melalui kitab Mauqif Ash-Shahabah fil Fitnah oleh Dr. Muhamad Amhazun juz 1 hal. 457)

Jangan kita mengatakan bahwa sikap tersebut khusus karena penguasanya adalah seorang sahabat yang mulia, ‘Utsman bin ‘Affan z. Jangan bodoh atau berpura-pura bodoh! Bukankah pelajaran yang kita ambil adalah dari keumuman lafadznya, yaitu “penguasa muslim”? Bahkan Nabi n mengabarkan akan ada penguasa yang hatinya seperti hati setan dalam tubuh manusia, tidak mengikuti As-Sunnah. Namun tetap beliau n menasihatkan untuk sabar dan menahan diri selama masih shalat (lihat kembali rubrik Nasihat edisi lalu).

Sungguh kita tidak sedang membela para penguasa. Tidak pula menyamakan penguasa kita dengan ‘Utsman bin ‘Affan. Jauh sekali perbedaan antara keduanya. Tetapi kita mengajak kaum muslimin untuk menghitung dengan hitungan hikmah dan As-Sunnah. Agar kita tidak terjerumus dalam kemungkaran yang lebih besar, menyalakan api peperangan sesama kaum muslimin, mengacaukan keamanan yang akan merusak kehidupan kaum muslimin dan lain-lain, dengan mengatasnamakan dakwah dan jihad. Wallahul musta’an.

1 Saya katakan “konon katanya”, karena ternyata riwayatnya tidaklah benar. Abu Dzar z tidaklah diusir, melainkan menyendiri atas kemauannya sendiri, karena perbedaan pendapat yang terjadi antara beliau dengan beberapa sahabat yang lain.

Selasa, 08 September 2015

BENARKAH PERNIKAHAN DINI MENGHALANGI MENUNTUT ILMU ?

Oleh : Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah

Diantara faedah-faedah dari pernikahan dini adalah memperoleh anak-anak yang akan menjadi penyejuk mata. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالَّذِيْنَ يَقُولُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ

“Dan orang-orang yang berdoa: ‘Wahai Rabb kami, karuniakanlah kepada kami penyejuk mata dari istri-istri dan anak-anak kami.” (QS. Al-Furqaan: 74)

Jadi istri dan anak-anak merupakan penyejuk mata, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan atau mengabarkan bahwa dengan pernikahan akan diraih penyejuk mata. Maka ini termasuk hal-hal yang membangkitkan semangat seorang pemuda dan memantapkannya untuk menikah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengabarkan bahwa anak-anak merupakan setengah dari perhiasan kehidupan dunia sebagaimana firman-Nya:

﴿الْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا﴾

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (Al-Kahfi: 46)

Jadi dengan keberadaan anak-anak akan menjadi perhiasan bagi kehidupan dunia, dan tabiat manusia adalah menyukai perhiasan. Sebagaimana dia mencari harta, demikian juga dia menginginkan anak-anak karena mereka setara dengan harta dari sisi keberadaan mereka sebagai perhiasan kehidupan dunia. Ini di dunia.

Kemudian di akhirat anak-anak yang shalih manfaat mereka akan mengalir kepada ayah-ayah mereka. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi was sallam:

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.

“Jika anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali dari 3 hal: shadaqah jariyah (yang manfaatnya masih berlangsung –pent), ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kebaikan untuknya.” (Lihat: Shahih Muslim no. 1631 –pent)

Jadi anak-anak memiliki sekian banyak maslahat yang besar di kehidupan dunia dan setelah mati.

Demikian juga pada pernikahan dini dan keberadaan anak-anak merupakan usaha memperbanyak umat Islam dan memperbanyak masyarakat Islam. Dan seseorang yang diharapkan darinya adalah ikut andil dalam membentuk masyarakat Islam. Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda:

تَزَوَّجُوا فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

“Nikahilah, karena sesungguhnya aku akan membanggakan jumlah kalian di hadapan umat-umat lain pada hari kiamat nanti.” (Lihat: Silsilah Ash-Shahihah no. 1784 –pent)

Jadi pernikahan akan memberikan maslahat yang besar, diantaranya yang telah kami sebutkan. Jika engkau menjelaskan berbagai kelebihan dan maslahat ini kepada para pemuda, maka hal itu akan menyebabkan berbagai masalah di hadapannya yang menjadi penghalang untuk menikah akan lenyap.

Adapun jika ada yang mengatakan bahwa pernikahan dini akan menyibukkan seseorang dari meraih ilmu dan belajar, maka ini adalah perkara yang tidak bisa diterima. Bahkan yang benar adalah sebaliknya. Hal itu karena selama dengan pernikahan akan diraih berbagai kelebihan yang telah kami sebutkan, diantaranya adalah ketenangan, ketentraman, lapangnya hati, dan adanya penyejuk mata, maka ini termasuk hal-hal yang akan membantu penuntut ilmu untuk meraih ilmu. Karena jika hatinya tenang dan pikirannya bersih dari kegelisahan, maka hal ini akan membantunya untuk meraih ilmu.

Sedangkan tidak menikah maka sesungguhnya hal itulah yang sebenarnya menghalanginya untuk meraih ilmu yang dia inginkan, karena pikirannya galau dan hatinya goncang sehingga tidak tenang atau susah meraih ilmu.

Tetapi jika dia menikah, pikirannya tenang, jiwanya damai, ada rumah yang menaunginya, dan seorang istri yang menyenangkan dan membantunya, maka sesungguhnya itu semua termasuk hal-hal yang akan membantu meraih ilmu.

Jadi pernikahan dini jika Allah memudahkan dan pernikahan ini harmonis, maka sesungguhnya hal ini termasuk hal-hal yang memudahkan bagi penuntut ilmu untuk menempuh jalan mendapatkan ilmu. Tidak akan menghalanginya sebagaimana yang digambarkan oleh sebagian orang.

Demikian juga ucapan sebagian orang bahwa pernikahan dini akan membebani seorang pemuda untuk mencari nafkah bagi anak-anak dan istrinya dan seterusnya, ini juga tidak bisa diterima. Karena pernikahan akan diiringi oleh barakah dan kebaikan, sebab itu merupakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, sedangkan ketaatan semuanya merupakan kebaikan.

Jadi jika seorang pemuda menikah dalam rangka menjalankan perintah Nabi shallallahu alaihi was sallam dan karena berusaha mendapatkan kebaikan yang beliau janjikan serta niatnya benar, maka sesungguhnya pernikahan ini akan menjadi sebab kebaikan baginya.

Adapun masalah rezeki maka itu berada di tangan Allah Azza wa Jalla yang berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak ada satu makhluk yang melata pun kecuali Allah yang menanggung rezekinya.” (QS. Huud: 6)

Jadi Yang memudahkanmu untuk menikah, Dia pula yang akan memudahkanmu untuk mendapatkan rezeki bagi dirimu dan anak-anakmu sebagaimana firman-Nya:

نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ

“Kamilah yang akan memberi rezeki kepada kalian dan kepada anak-anak kalian.” (QS. Al-An’aam: 151)

Jadi pernikahan tidak akan membebani seorang pemuda apa yang di luar kemampuannya sebagaimana yang dia gambarkan. Karena pernikahan itu akan diiringi oleh kebaikan dan akan mendatangkan berkah.

Pernikahan sendiri merupakan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala (sunnatullah) pada manusia yang tidak bisa tidak tanpanya. Jadi dia bukan merupakan sesuatu yang eksklusif dan tersembunyi, tetapi dia merupakan salah satu pintu kebaikan bagi orang yang baik niatnya.

Adapun alasan yang sering dilontarkan oleh sebagian orang berupa hal-hal yang memberatkan yang diletakkan di jalan menuju pernikahan, maka ini semua sebenarnya akibat tindakan manusia yang buruk. Adapun pernikahan itu sendiri padanya tidak dituntut perkara-perkara tersebut. Sebagai contoh misalnya tingginya mahar dan resepsi yang berlebihan, serta biaya-biaya lainnya. Ini semua adalah hal-hal yang Allah tidak menurunkan keterangan tentangnya.

Bahkan yang dituntut dalam pernikahan adalah dengan mempermudahnya. Jadi wajib untuk dijelaskan kepada manusia bahwa perkara-perkara ini yang mereka letakkan di jalan menuju pernikahan adalah perkara-perkara yang hanya akan mengakibatkan berbagai kerusakan bagi anak-anak laki-laki dan perempuan mereka, dan tidak akan membawa kebaikan bagi mereka.

Maka wajib untuk menangani perkara-perkara ini dan memberikan perhatian serius untuk mengatasinya, sampai perkara-perkara tersebut menyingkir dari jalan menuju pernikahan dan pernikahan kembali menjadi sesuatu yang mudah dan gampang agar memberi peran bagi kehidupan.

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar mengaruniakan kepada kita semuanya berupa taufiq dan hidayah, memperbaiki keadaan kaum Muslimin, memperbaiki para pemuda kaum Muslimin, dan mengembalikan kedudukan dan kemuliaan kaum Muslimin, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kemuliaan bagi mereka di generasi awal umat ini. Kita memohon kepada-Nya agar mengembalikan kemuliaan tersebut dan memperbaiki urusan mereka.

وَللهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ

“Dan kemuliaan itu hanyalah milik Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang yang beriman. Hanya saja orang-orang munafiq tidak mengetahuinya.” (QS. Al-Munaafiquun: 8)

Kita juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberi mereka ilmu yang terang benderang dalam urusan agama mereka dan melindungi mereka dari kejahatan musuh-musuh mereka.

وصلى الله وسلم على نبينا محمد، وعلى آله وأصحابه أجمعين، والحمد لله رب العالمين.

📝 Ditranskrip oleh:
Ummu Harun Al-Libbiyyah

💽 Dari kaset yang berjudul:
“Min Musykilaatisy Syabaab wa Kaifa Ilaajuha Fil Islaam”

Sumber artikel:
http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=140634

http://forumsalafy.net/benarkah-pernikahan-dini-menghalangi-menuntut-ilmu/