Rabu, 26 Desember 2018

DAKWAH TAUHID ADALAH JIHAD TERBESAR

  Ditulis oleh: Ustadz Muhammad as Seweed hafizhahullah

Problem umat Islam di Indonesia ini, atau bahkan di dunia hari ini, bukanlah kemiskinan atau keterpurukan ekonomi, bukan pula krisis kekuasaan seperti yang dikatakan oleh kaum Khawarij.
Problem kaum muslimin terbesar pada hari ini adalah krisis ilmu tentang agama mereka sendiri. Akibatnya, mereka diombang-ambingkan oleh tipuan-tipuan musuh Islam. Ini tidak terjadi begitu saja, tetapi akibat makar yang dilancarkan sejak lama. Musuh-musuh Islam itu berupaya dengan berbagai cara agar kaum muslimin jauh dari agama mereka; sibuk dengan “sesuatu” yang lain sehingga lupa pada agama mereka sendiri. Tidak memahami tauhid. Tidak memahami Sunnah. Salah paham terhadap agama.
Berikutnya, mereka akan melancarkan serangan dengan berbagai cara.
Mereka tahu bahwa kalau kaum muslimin kembali ke jalan agama yang benar, niscaya menjadi jaya. Kaum muslimin akan kuat. Negeri mereka akan makmur dan mereka tidak mau lagi menjadi budak-budak musuh Islam. Akibatnya, musuh Islam tidak lagi bisa menyedot kekayaan negeri kaum muslimin dengan mudah. Martabat kaum muslimin semakin mulia dan mereka merdeka dengan sebenar-benarnya.

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ 

“Kalau saja penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami bukakan untuk mereka barakah dari langit dan dari bumi ....” (al-A’raf: 96)

فَٱللَّهُ يَحۡكُمُ بَيۡنَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ وَلَن يَجۡعَلَ ٱللَّهُ لِلۡكَٰفِرِينَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ سَبِيلًا

“... maka Allah akan memberi keputusan di antara kalian pada hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang beriman.” (an-Nisa: 141)

Mereka tahu bahwa mereka tidak akan bisa menang jika kaum muslimin kokoh di atas agama.
Berikutnya!
Mereka akan menanamkan ajaran-ajaran Islam “palsu”, yaitu berbagai aliran sesat dan kufur, untuk memecah belah kaum muslimin.
Mulailah bermunculan segala macam aliran sesat, agama baru, pemahaman nyeleneh yang didukung habis oleh media-media mereka. Ada Syiah, Khawarij, Mu’tazilah, bahkan aliran wihdatul wujud ala Syekh Siti Jenar.

Mereka tidak peduli aliran apa pun, agama apa pun. Yang penting bagi mereka adalah ABI: Asal Bukan Islam. Maksudnya, asal bukan Islam yang benar. Asal bukan tauhid. Asal bukan sunnah. Asal bukan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman para sahabat.
Mereka akan mendukung aliran sesat apa pun. Sebab, mereka tahu bahwa semua aliran sesat, aliran kufur, pasti bertentangan dengan tauhid dan sunnah, dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan pertumpahan darah.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Abu Qilabah,
“Tidaklah satu kaum mengadakan ajaran baru, kecuali akan berakhir dengan pertumpahan darah.”

Inilah yang mereka harapkan.
Belum berubah strategi mereka. Devide et empera.

Jika cara ini tidak berhasil, mereka masih punya rencana B. Mereka menawarkan kepada para tokoh-tokoh ulama dan politisi untuk meleburkan semua agama (sinkretisme). Tentu dengan berbagai label yang menarik—Islam sejuk, Islam luwes, Islam bijak, Islam soft, Islam terbuka, Islam warna-warni—yang sesungguhnya hanya ungkapan lain untuk Islam liberal yang berupaya mendekatkan semua agama.
Mereka akan menggambarkan dengan indah bahwa ajaran tersebut dapat mempersatukan semua agama dan menenteramkan sebuah negara. Akan tetapi, sebenarnya semua itu mereka tawarkan agar kaum muslimin meninggalkan agama Islam yang sesungguhnya, yaitu agama amar makruf nahi mungkar:
Menyuruh kepada tauhid dan melarang kesyirikan.
Menyuruh kepada sunnah dan melarang kebid’ahan.

Bisa ditebak. Apa yang paling mereka benci? Siapa yang paling mereka musuhi?
Tentu dakwah tauhid dan sunnah beserta para pengusungnya.
Siapa pun, di mana pun, dari negara mana pun, jika mengajak kepada ajaran Islam yang benar, mengajak pada tauhid dan sunnah, niscaya akan diserang dengan berbagai tuduhan. Mereka akan dijatuhkan dengan berbagai cara, melalui berbagai media.
Itulah sunnatullah, kebiasaan yang diciptakan Allah di muka bumi ini.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورًاۚ

“Demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh-musuhnya, yaitu setan-setan dari kalangan jin dan manusia.” (al-An’am: 112)

Jika nabi yang diutus oleh Allah, pembawa panji tauhid yang pertama dan utama, memiliki banyak musuh dari kalangan jin dan manusia, demikian pula para pengikutnya yang membawa apa yang beliau bawa, tentu juga akan memiliki banyak musuh.

Namun, inilah yang namanya jihad.

Mereka menyerang pembawa dakwah tauhid dan sunnah dengan berbagai peluru syubhat (baca: pengaburan dan tipu daya). Dari peluru yang berkaliber 4,5 hingga peluru yang berkaliber 12,7. Bahkan, kadang dengan bazoka dan bom. Mereka membombardir kita dengan tuduhan-tuduhan keji.
Apakah kita akan berhenti?
Tentu tidak!
Kita bukan pemecah belah umat.
Kita bukan pemberontak, bukan pengacau keamanan.
Kita bukan orang yang berbuat jahat atau membuat makar.
Kita hanya menasihati para pemilik hati dengan hujah yang pasti.
Kita hanya guru yang menyampaikan ilmu.
Kita para dai yang mengajak pada kebaikan dunia dan akhirat.
Kalau ajakan kita diterima, kita bersyukur kepada Allah yang menentukan hidayah. Jika tidak, kita akan berkata di hadapan Allah, “Ya Allah, kami sudah menyampaikan.”

وَمَا عَلَيۡنَآ إِلَّا ٱلۡبَلَٰغُ ٱلۡمُبِينُ

“Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.” (Yasin: 17)

لَآ إِكۡرَاهَ فِي ٱلدِّينِۖ

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).” (al-Baqarah: 256)

Sumber :
   http://forumsalafy.net/dakwah-tauhid-adalah-jihad-terbesar/

⚪ WhatsApp Salafy Indonesia
⏩ Channel Telegram || http://telegram.me/forumsalafy

💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎

Senin, 24 Desember 2018

SEBUAH RENUNGAN, PERAYAAN TAHUN BARU

Ditulis: Oleh Al Ustadz Qomar ZA, LC Hafizhohhulloh

Anda ikut merayakan tahun baru, mengikuti siapa?

Perayaan tahun baru ternyata bukan sesuatu yang baru, bahkan ternyata itu adalah budaya yang sangat kuno, bebarapa umat melakukan. Perayaan itu, diantaranya adalah hari raya Nairuz, dalam kitab al Qomus. Nairuz adalah hari pertama dalam setahun, dan itu adalah awal tahun matahari.

Orang-orang Madinah dahulu pernah merayakannya sebelum kedatangan Rasulullah. Bila diteliti ternyata ternyata itu adalah hari raya terbesarnya orang Persia bangsa Majusi para penyembah api, dikatakan dalam sebagian referensi bahwa pencetus pertamanya adalah salah satu raja-raja mereka yaitu yang bernama Jamsyad.

Ketika Nabi datang ke Madinah beliau mendapati mereka bersenang–senang merayakannya dengan berbagai permainan, Nabi berkata: ‘Apa dua hari ini’, mereka menjawab, ‘Kami biasa bermain-main padanya di masa jahiliyah’, maka Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْر

“Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari itu dengan yang lebih baik dari keduanya yaitu hari raya Idul Adha dan Idul Fitri.[Shahih, HR Abu Dawud disahihkan oleh asy syaikh al Albani]

Para pensyarah hadits mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua hari yang sebelumnya mereka rayakan adalah hari Nairuz dan hari Muhrojan [Mir’atul mafatih]
Di samping majusi, ternya orang-orang Yahudi juga punya kebiasaan merayakan awal tahun, sebagian sumber menyebutkan bahwa perayaan awal tahun termasuk hari raya Yahudi, mereka menyebutnya dengan Ra’su Haisya yang berarti hari raya di penghujung bulan, kedudukan hari raya ini dalam pandangan mereka semacam kedudukan hari raya Idul Adha bagi muslimin.

Lalu Nashrani mengikuti jejak Yahudi sehingga mereka juga merayakan tahun baru. Dan mereka juga memiliki kayakinan-keyakinan tertentu terkait dengan awal tahun ini. [Bida’ Hauliiyyah]

Tidak menutup kemungkinan masih ada umat-umat lain yang juga merayakan awal tahun atau tahun baru, sebagaimana disebutkan beberapa sumber. Yang jelas, siapa mereka?, tentu, bukan muslimin, bahkan Majusi penyembah api nasrani penyemabah Yesus dan Yahudi penyembah Uzair.

Jadi siapa yang anda ikuti dalam perayaan tahun baru ini?

Lebih dari itu, ternyata perayaan tahun baru ini telah dihapus oleh Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, bukankah anda ingat hadits di atas?, Nabi menghapus perayaan Nairuz dan Muhrojan dan mengganti dengan idul Fitri dan Adha.

Lalu, kenapa muslimin menghidup-hidupkan sesuatu yang telah dimatikan Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam. Kata Ibnu Taimiyyah, Allah Subhanahuwata’ala mengganti (Abdala) konsekwensi dari kata Abdala (menggati) adalah benar-benarnya terhapus hari raya yang dulu dan digantikan dengan penggatinya, karena tidak bisa
berkumpul antara yang menggati dan yang digantikan.

Tapi, kenyataannya justru tetap saja umat ini merayakan tahun baru, melanggar sabda Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, sungguh benar berita kenabian Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam

« لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ » .قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ « فَمَنْ »

“Benar-benar kalian akan mengikuti jalan-jalan orang yang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga bila mereka masuk ke lubang binatang dhob (semacam biawak), maka kalian juga akan memasukinya. Kami berkata: Wahai Rasulullah Yahudi dan nashrani? Beliau berkata: Siapa lagi?[shahih, HR al Bukhori Muslim dan yang lain]

 

Kaum muslimin…
Belum lagi, apa yang mereka lakukan dalam perayaan tahu baru? Bukankan berbagai kemungkaran yang sangat bertolak belakan dengan ajaran agama. Kalau anda dari jenis orang yang pobhi dengan ajaran agama, saya katakan, bukankah dalam acara itu banyak terjadi hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan, abad, sopan santun, kehormatan jiwa dan berbagai kemuliaan-kemualiaan yang lain.

Hampir semua atau semua yang terjadi adalah kerendahan dan kehinaan martabat manusia apalagi martabat muslim. Tentu kita semua, saya dan anda dan mereka, sebenarnya menyadari akan hal itu, lalu kapan kita akan meninggalkannya, mengapa masih saja memeriahkan acara tersebut, tidakkah kita kembali saja kepada kehormatan kita dan kemulian kita serta tentunya ajaran agama kita.

Bersihkan dari bercak-bercak perayaan tahun baru, joget, pentas musik yang identik dengan kerendahan moral, minuman-minuman keras dan obat-obat terlarang, pembauran antara lawan jenis yang merusak moral, sampai pada pesta hura-hura dengan pakaian minim, pamer aurat, pacaran dan perzinaan, apakah kita menginkari terjadinya hal itu?

Berbagai sumber berita menyebutkan bahwa penjualan alat kontrasepsi baik kondom atau yang lain meningkat tajam dari tahun ke tahun menjelang perayaan malam tahun baru. Miris, kenyataan yang memperihatinkan, inikah moral bangsa kita, dimana susila dan dimana ajaran agama? Bila anda seorang muslim
atau muslimah tidakkan takut dengan ancaman Allah Subhanahuwata’ala , Nabi shallahu alaihi asallam bersabda

إذا ظهر الزنا و الربافي قرية فقد أحلوا بأنفسهم عذاب الله

”Tidaklah nampak pada sebuah daerah zina dan riba melainkan mereka telah menghalalkan adzab Allah untuk diri mereka”[Hasan, HR Abu Ya’la, al Hakim dan dihasankan oleh Asy Syaikh al Albani]

Juga, …

لم تظهر الفاحشة في قوم قط حتى يعلنوا بها إلا فشا فيهم الأوجاع التيلم تكن في أسلافهم

“Tidaklah tampak pada suatu kaumpun perbuatan keji (zina, homoseks) sehingga mereka menampakkannya melainkan akan menyebar ditengah-tengah mereka penyakit-penyakit yang tidak pernah ada pada umat sebelumnya”[Shahih, HR al Baihaqi, disahihkan oleh Asy Syaikh al Albani]

Saudaraku muslim…Saudariku muslimah…Masihkan anda akan menodai diri anda….

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah Subhanahuwata’ala dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya (Yahudi dan Nashrani), kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.[QS :al Hadid:16]

Ingat, liang lahat menunggu kita semua…

Wassalamu alaikum…

***

sumber: http://salafy.or.id/

Kamis, 20 Desember 2018

Larangan Berfatwa Tanpa Bimbingan Salafushshalih

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

“Siapa saja yang mengatakan sesuatu dengan hawa nafsunya, yang tidak ada seorang imampun yang mendahuluinya dalam permasalahan tersebut, baik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ataupun para sahabat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka sungguh dia telah mengadakan perkara baru dalam Islam. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:‘Barangsiapa yang mengada-ada atau membuat-buat perkara baru dalam Islam maka baginya laknat Allah subhanahu wata’ala, para malaikat, dan manusia seluruhnya. Allah subhanahu wata’ala tidak menerima infaq dan tebusan apapun darinya’.”

Al-Imam Ahmad rahumahullah berkata kepada sebagian muridnya:

“Hati-hati engkau, (jangan, -pen.) mengucapkan satu masalah pun (dalam agama pen.) yang engkau tidak memiliki imam (salaf, -pen.) dalam masalah tersebut.”

Beliau rahumahullah juga berkata dalam riwayat Al-Maimuni:

“Barangsiapa mengatakan sesuatu yang tidak ada imam atasnya, aku khawatir dia akan salah.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahumahullah berkata:

“Adapun para imam dan para ulama ahlul hadits, sungguh mereka semua mengikuti hadits yang shahih apa adanya bila hadits tersebut diamalkan oleh para sahabat, generasi sesudah mereka (tabi’in) atau sekelompok dari mereka. Adapun sesuatu yang disepakati oleh salafush shalih untuk ditinggalkan maka tidak boleh dikerjakan. Karena sesungguhnya tidaklah mereka meninggalkannya melainkan atas dasar ilmu bahwa perkara tersebut tidak (pantas, -pen.) dikerjakan.”

(An-Nubadz Fi Adabi Thalabil ‘Ilmi, hal. 113-115)

Sumber :

http://mahad-assalafy.com/larangan-berfatwa-tanpa-bimbingan-salafushshalih/

http://asysyariah.com/larangan-berfatwa-tanpa-bimbingan-salafushshalih/