Jumat, 28 April 2017

MENJAWAB SYUBHAT PENYEMBAH KUBUR, "BAHWA NABI shalallahu 'alaihi wassalam DIKUBUR DI DALAM

MENJAWAB SYUBHAT PENYEMBAH KUBUR, "BAHWA NABI shalallahu 'alaihi wassalam DIKUBUR DI DALAM MASJID"

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah

❓Pertanyaan :
Bagaimana kita menjawab syubhat para penyembah kubur yang mereka berhujjah bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wassalam dikubur di dalam Masjid Nabawi?

🔓Jawaban :
Jawaban tentang permasalahan tersebut, dari beberapa sisi :

Bahwasannya Masjid TIDAKLAH DIBANGUN DI ATAS KUBURAN, bahkan sudah dibangun di masa Nabi shalallahu 'alaihi wassalam.

Dan Nabi shalallahu 'alaihi wassalam TIDAKLAH beliau dikubur di dalam masjid. Sampai ada keyakinan (bolehnya) orang sholeh dikubur di dalam masjid.
Bahkan Nabi shalallahu 'alaihi wassalam dikubur di rumah beliau.

Dimasukkannya rumah-rumah Rasulullah shalallahu 'alaihi was salam termasuk rumah Aisyah ke dalam masjid, ini TIDAK BERDASARKAN KESEPAKATAN PARA SHAHABAT.

Bahkan hal ini terjadi setelah sebagian besar para Shahabat telah wafat.
Dan itu terjadi pada sekitar tahun 94 H. Maka bukan perkara yang diperbolehkan oleh para shahabat, bahkan sebagian mereka menyelisihinya.
Dan juga termasuk yang menyelisihinya, Sa'id bin Musayyib dari kalangan Tabi'in.

Bahwasannya kuburan tersebut (yakni kuburan Rasulullah dan 2 orang shahabatnya Abu Bakr dan Umar, pent) tidaklah dimasukan dalam Masjid sampai adanya perluasan Masjid. Dikarenakan kuburan tersebut di sebuah kamar tersendiri yang terpisah dari masjid. Dan tidaklah Masjid dibangun diatasnya.

Oleh karenanya, tempat ini (kuburan Nabi shalallahu 'alaihi wassalam, pent) sekarang dijaga dan dikelilingi dengan 3 tembok, yg mana tembok tersebut dibuat miring, menyimpang dari kiblat yakni berbentuk segi tiga. Dan tiangnya di sudut sebelah kiri, maka apabila seorang sholat tidaklah menghadapnya. Karena bentuknya miring, menyimpang.

Maka atas dasar ini, BATHIL-lah hujjah yang dilemparkan oleh penyembah kubur dengan syubhat mereka.

Sumber :

📚 Majmu' Fatawa wa Rasail asy-Syaikh Ibnu Utsaimin (2/232-233)

■◎■◎■◎■
🔰🌠Forum Salafy Purbalingga

Jumat, 14 April 2017

Selasa, 04 April 2017

Buah Ketakwaan (Bagian 2)

Lanjutan dari karunia yang didapat oleh orang-orang yang bertakwa.

Mendapat kesuksesan.

Orang yang bertakwa kepada Allahsubhanahu wata’ala akan mendapatkan segala bentuk kesuksesan, dan barang siapa yang tidak peduli terhadap ketakwaannya, ia akan mendapatkan kerugian dan terluput dari segala keberuntungan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kalian mendapat keberuntungan”al-Maidah: 100).

Ketakwaan akan menghindarkan pemiliknya dari terjatuh pada ketergelinciran dan kesesatan setelah sebelumnya telah mendapat hidayah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah jalan ini, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kalian bertakwa”. (al’An’am: 153).

Terbebas dari rasa takut dan kesedihan.

Orang yang menjaga dirinya dari segala sesuatu yang Allah subhanahu wata’alaharamkan padanya: baik itu syirik, dosa-dosa besar atau pun kecil, serta senantiasa memperbaiki amalan-amalan lahiriyah dan amalan batinnya, maka tidak akan ada rasa takut padanya atas keburukan, juga tidak akan bersedih dari apa yang telah berlalu. Jika telah hilang rasa takut dan kesedihan akan didapti sebuah keamanan yang sempurna, kebahagiaan dan kesuksesan yang abadi. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Maka barangsiapa bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (al-A’raaf: 35).

Ketakwaan akan membuka pintu barakah dari langit dan bumi.

Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (al-A’raaf: 96).

Mendapatkan rahmat Allahsubhanhu wata’ala

Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”.). Allah subhanahu wata’ala juga berfirman (artinya), “Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kalian mendapatkan rahmat”. (al-An’am: 155).

Ketakwaan akan melahirkan kemenangan dengan pertolongan Allah subhanahu wata’ala.

Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (al-Anfaal: 34subhanahu wata’ala juga berfirman (artinya), “Dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa”. (al-Jatsiyah: 19).

Ketakwaan akan menghasilkan taufik bagi pemiliknya untuk bisa membedakan al-haq dan al-batil.

Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “ Hai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepada kalian al-Furqaan. Dan kami akan jauhkan kalian dari kesalahan-kesalahan kalian, dan mengampuni (dosa-dosa)kalian. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (al-Anfaal: 29).

Ketakwaan akan menjaga seseorang dari mudharat yang datang dari Syaithan.

Orang yang bertakwa akan ingat terhadap apa yang diwajibkan
oleh Allah subhanahu wata’ala atas dirinya, merenungi kesalahannya dan beristigfar atas dosa-dosanya. Allahsubhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”. (al-A’raaf: 201).

Orang yang bertakwa akan mendapatkan al-Busyra (kabar gembira) di dunia dan di akhirat.

Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.( ¤ )Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar”. (Yunus: 63-64).

Adapun al-busyra di dunia adalah pujian yang indah, rasa cinta pada hati kaum mukminin dan penilaian yang baik. Sedangkan al-busyra di akhirat, yang pertama adalah kabar gembira ketika akan dicabut nyawanya, juga kabar gembira di alam kubur dengan mendapatkan keridhaan Allah subhanahu wata’ala dan kenikmatan yang tak sirna, dan di akhirat akan mendapat kesempurnaan kabar gembira dengan masuk ke dalam al-jannah dan diselamatkan dari adzab yang pedih.

Dijaga ajr (pahala)nya.

Orang yang menjaga diri dari melakukan hal-hal yang Allah subhanahu wata’alaharamkan, bersabar atas ketaatan dan bersabar dari hal-hal yang diharamkan, serta bersabar menghadapi takdir Allahsubhanahu wata’ala yang menyedihkan. Sungguh Allah subhanahu wata’ala tidak akan menyia-nyiakan ajrnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya),“Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik”.).

Diringkas dari kitab Nurut Taqwa Wa Zhulumatul Ma’ashi karya Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahtani.

Sumber :

http://mahad-assalafy.com/buah-ketakwaan-bagian-2/

Buah Ketakwaan


   يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalain kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.

Potongan ayat di atas telah sering kita dengarkan, sebuah ayat yang begitu agung, padanya Allah subhanahu wata’ala mewajibkan hamba-hamba-Nya untuk bertakwa dengan takwa yang benar dan jujur. Yaitu takwa yang tidak hanya terucap di lisan saja, melainkan takwa yang bersumber dari dalam hati, kemudian diaplikasikan melalui amalan lisan dan amalan jawarih (anggota badan).

Allah subhanahu wata’ala adalah ar-Rahman, sesuai dengan nama-Nya, ternyata Allah  subhanahu wata’alamenyelipkan kasih sayang-Nya terhadap hamba-hamba-Nya dibalik perintah untuk bertakwa ini.

Ketakwaan yang ada pada diri seorang hamba akan menghasilkan begitu banyak kebaikan dan keutamaan. Berikut ini kami sebutkan beberapa buah yang bisa diambil dari ketakwaan:

Dapat mengambil manfaat dari al-Qur’an al-Karim, juga memperoleh keberuntungan dengan hidayah al-irsyad (petunjuk untuk mengetahui kebaikan) dan hidayah at-taufiq(petunjuk untuk mengamalkan kebaikan). Allah subhanahu wata’alaberfirman (artinya), “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”al-Baqarah: 2Allah subhanahu wata’ala akan senantiasa bersama orang-orang yang bertakwa. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya),“Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa”. (al-Baqarah: 194). Juga firman Allah (artinya), “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”. (an-Nahl: 128Mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah subhanahu wata’ala.Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”. (al-Baqarah: 212Taufik untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Dan bertakwalah kepada Allah; Allah akan mengajarimu (tentang al-haq dan al-bathil), dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (al-Baqarah: 282Penyebab masuk al-jannah (surga) dan mendapatkan nikmat-nikmat yang ada di dalamnya. Allahsubhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Bagi orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), di sisi Rabb mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya”. (Al-Imran: 15Dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’alaberfirman (artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa”. (Al-Imran: 72Tidak takut terhadap bahaya dan tipu daya musuh, Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepada kalian. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”. (Al-Imran: 120Sebagai sebab turunnya pertolongan dari langit. Allah subhanahu wata’alaberfirman (artinya), “Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar, padahal kalian adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kalian mensyukuri-Nya.(124) (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” (125) Ya (cukup), jika kalianbersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda”. Menghilangkan permusuhan dan menyingkirkan gangguan manusia. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (al-Maidah: 2Diterimanya amalan-amalan saleh. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan saleh) dari orang-orang yang bertakwa”. al-Maidah: 27

Diringkas dari kitab Nurut Taqwa Wa Zhulumatul Ma’ashi karya Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahtani.

Sumber :
http://mahad-assalafy.com/buah-ketakwaan/