UMAR BIN ABDIL AZIZ rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka ia lebih banyak merusak dibandingkan memperbaiki” (Majmu’ Fataawa Ibn Taimiyyah:2/383)
Sabtu, 27 Juni 2020
KHAWARIJ, BERISI BARISAN PARA PEMUDA YANG PENDEK AKALNYA
Senin, 22 Juni 2020
IBADAH YANG PALING UTAMA
Kamis, 14 Mei 2020
Berjuang Melawan Galau di Masa Pandemi
Kamis, 07 Mei 2020
MELURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG NUZULUL QURAN
Jumat, 01 Mei 2020
KEJAHILAN, LAHAN SUBUR TERORISME
Selasa, 14 April 2020
Membongkar Waliyyul Amr Gadungan saat Corona
Pertanyaan:
Kelompok sempalan dan tarekat-tarekat mewajibkan baiat kepada pimpinan tertinggi jamaah atau tarekat. Mereka berkeyakinan bahwa itulah baiat syar’i. Bahkan mereka anggap bahwa pimpinan mereka itulah waliyyul Amr yang Alloh perintahkan untuk ditaati dalam perkara yang ma’ruf. Sebagai misal, di Negara ini ada komunitas yang menamakan Lembaga Dakwah, mereka punya Kholifah, punya Amir Amir daerah, mereka juga punya Baiat kepada Khalifah. Apakah yang demikian itu benar dan sesuai dengan syareat?
Jawaban:
Itu semuanya adalah bid’ah. Itu semua adalah penyelisihan kepada Al Qur’an, As-Sunnah serta Ijma’ ummat.
Mereka telah menyimpang dari jalan Rosululloh shalallahu’alaihi wasallam, mereka telah keluar dari prinsip-prinsip Ahlussunnah Wal jamaah dan mengikuti jalan Ahlul Bida’ Wal Ahwa’.
SIAPA WALIYYUL AMR
Waliyyul Amr atau Sulthon dalam konsep Islam sangatlah jelas. Mereka adalah Umara`; pemerintah atau penguasa sebuah negeri yang memiliki wilayah, memiliki kekuatan dan memiliki kekuasaan untuk mengurusi urusan kaum muslimin.
Di negara kita ini, waliyyul Amr yang memiliki kekuasaan dan wilayah sangatlah jelas, Pimpinan tertinggi pemerintahan dan Panglima tertinggi Angkatan Perang adalah Presiden. Beliau lah Waliyyul Amr.
Di Kerajaan Arab Saudi saat ini, waliyyul Amr adalah Raja Salman bin Abdul Aziz Alu Su’ud, sebagai penguasa tertinggi Pemerintahan dan panglima tertinggi Angkatan bersenjata.
Al-Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahumallah berkata: “Pendapat yang paling benar tentang (siapakah waliyyul amri), mereka adalah para umara dan pemimpin, karena sahihnya berita dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam agar taat kepada para imam dan pemimpin dalam urusan yang dituntut ketaatan di dalamnya dan bermaslahat bagi kaum muslimin.” (Tafsir ath-Thabari)
Al-Imam an-Nawawi rahimahumallah juga berkata “Para ulama mengatakan bahwa yang dimaksud waliyyul amri ialah yang Allah Subhanahu wata’ala wajibkan untuk diberikan ketaatan kepadanya, yaitu para pemimpin dan umara/pemerintah. Inilah pernyataan jumhur salaf dan khalaf (ulama masa belakangan) dari kalangan ahli tafsir, fuqaha, dan selainnya. (Syarah Shahih Muslim)
Para ulama, mereka yang berpegang teguh dengan Al Kitab dan As Sunnah juga termasuk Ulil Amri yang kita mentaati mereka dalam menjelaskan Halal dan Haram, berdasarkan Al Kitab dan As Sunnah.
KHOLIFAH GADUNGAN BUKAN WALIYYUL AMR
Waliyyul Amr bukanlah Kholifah dan Amir gadungan dalam jamaah jamaah dan kelompok sempalan atau tarekat-tarekat yang kita isyaratkan.
Bagaimana mungkin mereka akan mengurusi urusan kaum muslimin, sementara wilayah yang mereka miliki adalah wilayah fiktif, negara mereka adalah dongeng, Kholifah mereka hakekatnya adalah orang yang memakan harta kaum muslimin tanpa Haq. Pekerjaan mereka adalah menjilat penguasa untuk maslahat dunia mereka. Kalau mereka punya pengikut, mereka jual suara, menjilat penguasa.
Apakah yang seperti ini dikatakan waliyyul Amr ? Tidakkah kalian berfikir ?
Lebih mengerikan lagi, mereka membawakan hadits hadits shahih untuk kepentingan hawa nafsu mereka. Seperti hadits tentang Baiat, Rasululloh bersabda:
من مات وليس في عنقه بيعة مات ميتة جاهلية
“Barangsiapa mati dan dilehernya tidak ada ikatan baiat, sungguh dia mati jahiliah.” (HR. Muslim)
Mereka mengatakan, barang siapa mati dan tidak berbaiat kepada pimpinan tarekat kami atau Kholifah Lembaga Dakwah kami, sungguh dia mati jahiliah.
Kemudian mereka anggap murtad/kafir siapapun yang keluar dari jamaahnya.
Subhanallah, ini adalah kedustaan yang sangat nyata.
WABAH CORONA BONGKAR KEDUSTAAN
Di saat wabah Corona menimpa, kita bisa melihat siapa sesungguhnya yang memiliki kekuasaan (Sulthoh), siapa sesungguhnya yang mengurusi urusan kaum muslimin.
Ternyata bukan Kholifah Kholifah bayangan itu, bukan pimpinan pimpinan tarekat itu. Sangat tampak kedustaan mereka yang memancangkan dirinya sebagai waliyyul Amr, tampak pula kedok bahwa baiat mereka adalah baiat bid’ah, hanya urusan dunia, perut dan wanita.
Berbeda dengan Seorang Raja dan presiden yang sesungguhnya. Di saat datang ancaman musuh menuju negeri yang dipimpinnya, dia tidak tidur malam untuk menyiapkan upaya upaya melindungi negerinya. Dia panggil perwira perwira tinggi angkatan bersenjata untuk mempersiapkan segala sesuatu demi keamanan kaum muslimin dan negara ini. Sebagai pimpinan tertinggi Angkatan bersenjata dan penguasa wilayah, dia perintahkan pasukannya untuk menjaga perbatasan, darat laut dan udara. Dan sebagai penguasa wilayah dia juga melakukan hubungan bilateral dengan Nagara lain untuk kemaslahatan negerinya.
Di saat wabah Corona, kaum muslimin dan keumuman penduduk negri -termasuk Kholifah gadungan, dan Amir Amir pendusta- hanya berdiam di rumahnya, sebatas memikirkan apa yang harus dipersiapkan untuk keluarganya.
Namun penguasa sebuah negri, waliyyul Amr negeri ini, jazahhumullohukhoiron Khoiron benar-bemar payah dan letih memikirkan urusan Muslimin dan penduduk negerinya.
Yang ada dalam benak adalah pertanyaan;; Apang harus dilakukan untuk membantu perekonomian rakyatnya ? Sebagai Pimpinan tertinggi memerintahkan jajarannya untuk melakukan sekian program.
Tentara dan Kepolisian sebagai lembaga yang dibawahnya juga diperintah untuk bekerja, berbuat menghadapi wabah Corona.
Mereka inilah waliyyul Amr, dan merekalah yang menjadi sebab persatuan kaum muslimin ketika mereka dalam menaati penguasa dalam perkara yang makruf.
IBADAH BERSAMA WALIYYUL AMR
Bukan hanya urusan dunia, termasuk ibadah ibadah juga bersama pemerintah seperti: Jihad fi Sabilillah, Puasa, Ied dan Haji juga demikian, bersama waliyyul Amr.
Dengan mentaati waliyyul Amr dalam perkara yang Makruf akan terjadilah persatuan dan terwujudlah mashlahat agama dan dunia.
Termasuk perkara yang cukup menyedihkan di negeri ini, ada pihak yang dengan pongah, dan selalu pongah mengatakan : “urusan penetapan satu ramadhan, satu Syawal, Iedul Adha itu urusan kami.” Bukan pemerintah, bukan presiden. Tidak peduli dengan sidang itsbat penguasa. Terus dalam kesombongan, terus dalam kebid’ahan…
Entah sampai kapan mereka berada dalam kepongahan itu.
Wabah Corona yang menimpa kita saat ini, marilah kita ambil Ibroh sebanyak banyaknya. Diantara ibroh itu adalah, membongkar kedustaan waliyyul Amr gadungan dalam tubuh kelompok-kelompok sempalan dan tarekat sesat. Allohu a’lam.
Join & Share :
https://t.me/salafy_gelumbang
Sumber :
https://problematikaumat.com/membongkar-waliyyul-amr-gadungan-saat-corona/
Selasa, 07 April 2020
RIBA; BAHAYA, SEBAB DAN SOLUSINYA
Jumat, 27 Maret 2020
ENAM POIN PENTING TERKAIT BULAN SYA'BAN
Sabtu, 21 Maret 2020
WABAH VIRUS CORONA, SALAFY SEBAGAI PEMBEDA
Sabtu, 14 Maret 2020
Rukun Dakwah Salafiyyah
Jumat, 13 Maret 2020
ALERGI ( FOBIA ) TAHDZIR , SEBUAH PERGESERAN DALAM BERMANHAJ.
Dari beberapa pembahasan dapat diketahui, betapa mulia kedudukan tahdzir terhadap kebatilan dan pengusungnya..Betapa mulia pula kedudukan para ulama yang bergerak di bidang ini... Hal ini mengingatkan kita akan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُولُهُ، يَنْفُونَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ، وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ، وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ
“Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari tiap-tiap generasi; yang selalu berjuang membersihkan agama ini dari pemutarbalikan pemahaman agama yang dilakukan orang-orang yang menyimpang, kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan agama, dan penakwilan agama yang salah yang dilakukan oleh orang-orang jahil.” (HR . al-Khatib al-Baghdadi dalam Syaraf Ash-habil Hadits hlm. 11. Dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Misykatul Mashabih 1/82)
Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Segala pujian kesempurnaan hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala, yang telah menjadikan di setiap masa fatrah (kekosongan) dari para rasul sisa-sisa manusia dari kalangan ahli ilmu (ulama), menyeru orang-orang yang tersesat kepada petunjuk (al-huda) dan bersabar atas segala gangguan yang bersumber dari mereka..
Mereka menghidupkan orang-orang yang mati (hatinya) dengan Kitabullah dan menerangi orang-orang yang buta (mata hatinya) dengan cahaya (ilmu) yang datang dari Allah subhanahu wa ta’ala. Betapa banyak korban iblis yang mereka hidupkan kembali. Betapa banyak pula orang yang tersesat tak tahu jalan yang mereka tunjuki..
Betapa besar jasa mereka bagi umat manusia, namun betapa jelek sikap manusia terhadap mereka. Mereka membela Kitabullah dari pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh para ekstremis, kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan agama, dan penakwilan agama yang salah yang dilakukan oleh orang-orang jahil, yaitu orang-orang yang mengibarkan bendara-bendera bid’ah dan melepas ikatan (menebarkan) fitnah.
Mereka adalah orang-orang yang berselisih tentang Kitabullah, menyelisihinya, dan sepakat untuk menjauhinya. Mereka berbicara atas nama Allah subhanahu wa ta’ala, tentang Allah subhanahu wa ta’ala, dan tentang Kitabullah tanpa ilmu. Mereka berkata dengan ucapan yang mutasyabih (samar) dan menipu orang-orang jahil (bodoh) dengan hal-hal yang menjadi syubhat bagi mereka.
Maka dari itu, kami berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari fitnah-fitnah (yang ditebarkan oleh) orang-orang yang menyesatkan itu.” (Muqaddimah ar-Rad ‘ala az-Zanadiqah wa al-Jahmiyyah)
Sampai-sampai ketika al-Imam Ahmad rahimahullah ditanya, “Siapakah yang lebih Anda sukai, seseorang yang rajin berpuasa, shalat, dan i’tikaf, ataukah yang menjelaskan keadaan ahli bid’ah?”
Beliau menjawab, “Jika seseorang berpuasa, shalat, dan i’tikaf amalan itu untuk pribadinya. Namun, jika menjelaskan keadaan ahli bid’ah, manfaatnya untuk umat Islam. Inilah yang lebih utama.” (Majmu’ Fatawa 28/231)
------------------
Akan tetapi sayang, di antara umat Islam ada yang alergi dengan tahdzir tersebut. Ada yang dari kalangan pengusung kebatilan dan para pengikutnya, ada yang dari kalangan ahli ibadah, ada pula yang dari kalangan orang berilmu, bahkan mengaku berjalan di atas manhaj salaf[1] ...
Mereka merasa risih dengan tahdzir terhadap kebatilan dan pengusungnya, bahkan tidak suka sama sekali. Meskipun tahdzir itu berasal dari ulama sunnah atau kibar ulama yang berkedudukan mulia. Alasannya bermacam-macam. Adakalanya karena pembelaan terhadap tokoh yang dikagumi atau fanatisme golongan. Adakalanya karena didominasi perasaan (baca: hawa nafsu). Adakalanya pula karena meyakininya ghibah. Semua itu merupakan bentuk pergeseran dalam bermanhaj. Wallahul Musta’an.
Melihat sejarahnya, alergi tahdzir bukanlah penyakit baru. Sejak zaman dahulu ada orang-orang yang alergi dengan tahdzir. Padahal tahdzir terhadap individu atau kelompok menyimpang yang dilakukan oleh para ulama Ahlus Sunnah yang mulia tidak lain bertujuan untuk memberi nasihat, bukan menjatuhkan kredibilitas atau pencemaran nama baik.Sebagai mana yang telah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, dan para tabi’in yang merupakan generasi terbaik umat ini. Apakah mereka telah terjatuh dalam ghibah? Apakah mereka telah berbuat zalim? Tentu jawabannya, “Tidak. Sekali-kali tidak.”
Al-Imam at-Tirmidzi rahimahullah berkata, “Sebagian orang yang tidak paham (berilmu) telah mencela ulama hadits karena perkataan/vonis mereka terhadap para perawi. Sungguh, kami telah mendapati sejumlah imam dari kalangan tabi’in membicarakan (baca: mentahdzir) tokoh-tokoh yang menyimpang.
Antara lain, al-Hasan al-Bashri dan Thawus yang mentahdzir Ma’bad al- Juhani; Sa’id bin Jubair yang mentahdzir Thalq bin Habib; Ibrahim an-Nakha’i; dan Amir asy-Sya’bi yang mentahdzir al-Harits al-A’war.
Demikian pula yang diriwayatkan dari Ayyub as-Sakhtiyani, Abdullah bin Aun, Sulaiman at-Taimi, Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan ats-Tsauri, Malik bin Anas, al-Auza’i, Abdullah bin al-Mubarak, Yahya bin Sa’id al-Qaththan, Waki’ bin al-Jarrah, Abdurrahman bin Mahdi, dan ulama selain mereka bahwa mereka membicarakan dan memvonis lemah (baca: mentahdzir) orang-orang yang berhak mendapatkannya.
Menurut kami, tidaklah mereka melakukannya—wallahu a’lam—kecuali sebagai nasihat bagi umat Islam. Kami tidak meyakini bahwa tindakan mereka itu dilakukan untuk menjatuhkan kredibilitas seseorang atau mengghibahinya.
Kami meyakini bahwa semua itu dilakukan dalam rangka menjelaskan sisi lemah (penyimpangan) mereka agar diketahui oleh umat. Mengingat, sebagian mereka ada yang pelaku bid’ah, ada yang tertuduh memalsukan hadits, dan ada yang lalai serta banyak kesalahan dalam meriwayatkan.” (Syarh ‘Ilal at- Tirmidzi 1/43-44)
Abdullah bin al-Imam Ahmad berkata, “Abu Turab an-Nakhsyabi mendatangi ayahku, lantas ayahku mengatakan, ‘Fulan lemah, dan fulan tsiqah (terpercaya).’
Abu Turab berkata, ‘Wahai syaikh, janganlah Anda mengghibahi ulama!’
Ayahku berpaling ke arahnya seraya mengatakan, ‘Celaka kamu! Ini adalah nasihat, bukan ghibah’.” (Syarh ‘Ilal at-Tirmidzi karya al-Imam Ibnu Rajab 1/349-350)
Al-Imam Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah berkata, “Al-Mu’alla bin Hilal dialah orangnya, hanya saja dia berdusta dalam meriwayatkan hadits.”
Sebagian orang sufi berkata kepada beliau, “Hai Abu Abdirrahman, Anda berbuat ghibah!”
Beliau berkata, “Diam kamu! Jika kita tidak menjelaskan (keadaannya), bagaimana mungkin akan terbedakan antara yang haq dan yang batil?!” (al-Kifayah, al-Khathib al-Baghdadi hlm. 45)
Alergi tahdzir, bisa jadi dalam bentuk rasa risih, bahkan tidak suka, terhadap kitab-kitab rudud (bantahan terhadap kebatilan dan pengusungnya) yang ditulis oleh para ulama yang mulia.
Di antara syubhat yang bergulir; membaca kitab-kitab rudud dapat mengeraskan hati, tidak perlu menyibukkan diri dengan kitab-kitab rudud karena masih banyak disiplin ilmu yang harus dipelajari dan dihafalkan, kesalahan kita masih banyak sehingga jangan sibuk dengan kesalahan orang lain, dan yang semakna dengan itu.
Asy-Syaikh al-‘Allamah Shalih al-Fauzan hafizhahullah ketika ditanya, “Bagaimana pendapat Anda tentang tentang orang yang mengatakan bahwa kitab-kitab rudud (bantahan terhadap kebatilan dan pengusungnya) dapat mengeraskan hati?”
Beliau menjawab, “Tidak benar. Justru meninggalkan bantahan terhadap kebatilan itulah yang akan mengeraskan hati. Manusia akan hidup di atas kesalahan dan kesesatan sehingga hati mereka menjadi keras. Adapun jika kebenaran dijelaskan dan kebatilan pun dibantah maka inilah yang akan melembutkan hati tanpa diragukan lagi.”[2]..
Betapa pentingnya keberadaan kitab-kitab rudud di tengah umat. Para penuntut ilmu tidak boleh jauh darinya, demikian pula orang yang berilmu, bahkan orang awam sekalipun sangat membutuhkannya.
Asy-Syaikh al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah berkata, “Tuntutlah ilmu! Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu, dan upayakanlah segala hal yang dapat membantu dalam menuntut ilmu.
Di antara hal-hal yang akan membantu kalian untuk mendapatkan ilmu yang lurus adalah kitab-kitab rudud (bantahan terhadap kebatilan dan pengusungnya). Sungguh, kitab-kitab rudud merupakan bagian yang terpenting dalam menuntut ilmu. Seorang yang tidak mengetahui kitab-kitab rudud, meskipun telah menghafal banyak ilmu, sungguh dia— barakallahu fik—berada di atas sikap yang tidak jelas (bingung). Kami benar-benar telah melihat banyak orang yang memiliki ilmu namun kemudian terjerumus dalam kesesatan!”[3]...
Hal senada disampaikan oleh asy-Syaikh al-‘Allamah Zaid bin Muhammad bin Hadi al-Madkhali rahimahullah kepada seorang pemula dalam menuntut ilmu, “Nasihatku untuknya adalah hendaklah mendalami agama ini dalam hal akidah, ibadah, akhlak, dan manhaj yang dia berjalan di atasnya.
Di antaranya adalah kitab-kitab rudud yang berisi bantahan as-salaf ash-shalih dan ulama yang mengikuti jejak mereka terhadap pengusung hawa nafsu dan bid’ah, dan betapa banyaknya bid’ah di setiap masa dan tempat. Maka dari itu, tidak boleh seseorang menghalangi orang lain mendengar kitab-kitab rudud, menulisnya, mengambil faedah darinya, dan membacanya dengan alasan masih minim keilmuannya tentang thaharah dan shalat. Sebab, agama ini sempurna. Sebagaimana wajib bagi kita mempelajari akidah dan fikih ibadah, wajib pula bagi kita mempelajari manhaj dan as-Sunnah agar kita beramal dengannya dan mengenal lawannya, yaitu bid’ah, supaya terhindarkan darinya.”[4]...
Demikianlah sajian Rubrik Manhaji kali ini, semoga dapat memberikan pencerahan bagi saudara-saudaraku seiman terkhusus dalam permasalahan tahdzir. Jadi, judul di atas Ketika Tahdzir Dipersoalkan berubah dengan sendirinya menjadi Ketika Tahdzir Tak Perlu Dipersoalkan.
Wallahu a’lam bish-shawab
------------------------
Catatan kaki :
[1] ,,Mereka adalah orang-orang yang lembek dalam bermanhaj (al-mumayyi’ah). Sikap-sikap mereka seringkali menguntungkan para pengusung kebatilan (ahlul bathil) dan memojokkan para pengusung kebenaran (ahlul haq). Dengan sebab inilah mereka disebut al-mukhadzdzilah. Mereka menjadi jembatan bagi para pengusung kebatilan untuk menebarkan kebatilannya di tengah-tengah umat. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membersihkan umat dari orang-orang yang seperti ini.
[2],,(http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=127625)
[3] ,, (http://koo.re/nShqT)
[4] ,, (http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=134687)
Join & Share :
https://t.me/salafy_gelumbang
Sumber :
https://asysyariah.com/ketika-tahdzir-dipersoalkan/
TURUT SERTA MENYEBARKAN, :
📟 GABUNG CHANNEL TELEGRAM
https://t.me/PenyimpanganRodjaTV/521
•┈┈•┈┈•⊰✿📚📚📚✿⊱•┈┈•┈┈•
Selasa, 25 Februari 2020
Kado Istimewa Tuk Para Pemuda
Diantara anugrah Alloh yangg dilimpahkan kepada manusia ialah mereka diciptakan memililiki rasa cinta dan syahwat kepada lawan jenisnya,
Para pemuda senang dengan para pemudi dan sebaliknya,pemudi senang dengan pemuda.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ
Alloh jadikan indah pandangan manusia kepada lawan jenisnya.Sehingga wajar kalau pemuda senang,suka,cinta kpd pemudi dan sebaliknya,
ingat ayat ini bukan menunjukkan bolehnya pacaran.
kamu harus ingat firman Alloh :
﴿ وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا ﴾.
Rosululloh juga bersabda :
«َفَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ».
Coba kalian perhatikan wahai para pemuda sabda Nabi Shollallohu 'alaihi wa Sallam diatas,kenapa beliau mengkhususkan penyebutan WANITA padahal wanita termasuk bagian dari DUNIA❓❓❓
Jawabannya wahai para pemuda,dikarenakan sangat dasyat fitnah dan bahayanya.
Oleh sebab itu, bagi setiap pemuda-pemudi yang memililiki kemampuan dan takut terjerumus kedalam lautan kemaksiatan untuk segra menikah
Dengarkan wasiat Nabi kita kepada para pemuda :
«يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَنْكِحْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لاَ فَلْيَصُمْ فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ».
Kalau memang kamu belum mampu,maka bendaklah engkau berpuasa,sibukkan diri dengan ibadah dan kegiatan² yg bermanfaat.
Kalau memang kamu belum pengen nikah maka jauhkanlah dirimu dari menyebut²,mengingat² an nisaa.
Namun,wahai para pemuda, jika engkau ingin menikah,luruskanlan niatmu,semoga Alloh memberikan pilihan yg terbaik untuk diri dan agamamu.
Jangan engkau menikah hanya sekedar mengumbar syahwatmu semata,menikahlah untuk :
mencari keridhoan Robbuna jalla wa jalaalu,
menjalakan sunnah Nabi,
menjaga kehormatan,
pandangan,
dan menyalurkan syahwat ditempat yg halal
angan khawatir masalah rezeki wahai para pemuda,Alloh Maha Kaya,Ar Rozzaq Dzul Quwwati Al Matiin.
Wahai para pemuda,
Siapakah wanita yg enkau cari,pilih???
Wanita yang cantik?
Wanita yang kaya?
Wanita yg ningrat?
Atau yang lainnya?
Mendapatkan wanita yang cuantik, kaya, keturunan ningrat, dan agamanya yang baik adalah dambaan setiap pemuda.
Akan tetapi perlu engkau ketahui, wanita yang mengumpulkan empat perkara tersebut tidaklah mudah wahai saudaraku.
Jangan bermimpi wahai para pemuda, bulan itu jatuh dipangkuannmu, jangan engkau bermimpi mendapatkan bidadari didunia ini.
Carilah wanitah yang sholehah engkau akan bahagia dengannya,
Wanita yang akan menemanimu sepanjang hidupmu,yang menghiburmu tatkala engkau sedih, gundah gulanah,yang menyemangatimu semakin taat kepada Alloh.
Simaklah pesan Nabi:
«تنكح المرأة لأربع لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك»…
Mudah-mudahan bermanfaat
والله أعلم بالصواب
Akhir kata :
"بارك الله لك و بارك عليك و جمع بينكما في خير_
____________________
Forum Ilmiyah Karanganyar
Posting ulang
Sumber :
https://www.atsar.id