Sabtu, 28 April 2018

WASIAT NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM, SEBAGAI SOLUSI AGAR SELAMAT DARI PERPECAHAN, PERSELISIHAN, DAN KESESATAN

Dari sahabat Abu Najih al-Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberi suatu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat air mata berlinang. Maka kami berkata:

“Wahai Rasulallah, seakan-akan ini adalah nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada pemerintah) walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak. Barangsiapa yang hidup setelahku maka dia akan mendapati perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah al-Khulafaur Rasyidin yang terbimbing, gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang diada-adakan karena semua bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud, no. 4607, dan at-Tirmidzi, no. 2676)

MAKNA HADITS

Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menasehati para sahabatnya dengan sebuah nasehat yang menyentuh hati dan membuat air mata berlinang. Bahkan para sahabat mengira bahwa ini merupakan nasehat perpisahan.

Sehingga para sahabat meminta wasiat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Wasiat yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut mengandung beberapa perkara yang hendaknya diamalkan oleh umatnya, yaitu:

1. TAKWA KEPADA ALLAH

Takwa adalah hak Allah yang semestinya ditunaikan oleh para hamba-Nya. Makna takwa adalah mentaati Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Itu semua dilakukan berdasarkan ilmu dan bashirah.

2. MENDENGAR DAN TAAT KEPADA PEMERINTAH

Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya),

“Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah, taatilah rasul-Nya, dan ulil amri (pemerintah) kalian.” (An-Nisa: 59)

Di dalam ayat ini Allah subhanahu wata’ala menyebutkan, bahwa taat kepada pemerintah disebutkan setelah ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Ini menunjukan kepada kita, bahwa mentaati pemerintah itu dilaksanakan selama masih dalam ketaatan kepada Allah ta’ala dan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila pemerintah tersebut memerintahkan kepada kemaksiatan, maka tidak ada ketaatan kepadanya.

Walaupun pemerintah tersebut seorang budak, seorang muslim wajib mentaati dia dalam hal yang ma’ruf (baik).

Meskipun hukum asalnya budak tidak berhak menjadi pemerintah, jika dia melakukan pemberontakan kepada pemerintah yang sah, kemudian dia bisa menggulingkan pemerintah tersebut dan akhirnya menjadi penguasa, maka wajib bagi kita untuk mentaatinya.

3. KEMBALI KEPADA RASULULLAH DALAM SEGALA PERSELISIHAN

Pada hadits ini menunjukan akan mukjizat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau bersabda,

“Barangsiapa yang hidup setelahku maka dia akan melihat perselisihan yang banyak.”

Dan hal ini telah terjadi, banyak terjadi perselisihan dan pertumpahan darah.

Apa solusinya?

Solusinya adalah lanjutan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada hadits ini:

“Wajib atas kalian berpegang teguh dengan dengan sunnahku dan sunnah al-Khulafaur Rasyidin yang terbimbing, gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.“

Solusi terbaik ketika terjadi perselisihan adalah mengembalikan seluruh perkara agama kepada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Sunnah al-Khulafaur Rasyidin radhiyallahu ‘anhum. Sunnah di sini maknanya adalah metode yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan petunjuk-petunjuk beliau. Karena tidaklah yang keluar dari lisan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam melainkan wahyu dari Allah ‘azza wajalla.

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk benar-benar berpegang teguh dengan Sunnah beliau, yaitu dengan menggigitnya dengan gigi geraham. Ini adalah ungkapan yang menunjukkan bahwa dalam upaya berpegang teguh dengan Sunnah tersebut harus benar-benar kuat dan sungguh-sungguh.

4. BERHATI-HATI DARI BID’AH

Di akhir hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan umatnya dari perkara bid’ah. Bid’ah adalah perkara-perkara baru yang diada-adakan dalam agama ini.

Siapa saja yang melakukan kebid’ahan, maka dia telah terjerumus ke dalam kesesatan. Dan amalan tersebut tidak diterima. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang beramal suatu amalan yang tidak ada (tuntunannya) dalam agama ini maka amalan tersebut tertolak.”

REFERENSI: Syarh al-Arbain an-Nawawiyyah, hadits no. 28, asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah.
(Fakhri Bakhtiar) 
١ شعبان ١٤٣٩
Sumber :
http://mahad-assalafy.com/wasiat-nabi-shallallahu-alaihi-wasallam-sebagai-solusi-agar-selamat-dari-perpecahan-perselisihan-dan-kesesatan/