كثيرا من الناس يتضايقون من بعض دعات السنه
BANYAK DARI KALANGAN MANUSIA YANG MERASA SEMPIT DADANYA DENGAN DAKWAH SEBAGIAN DAI-DAI SUNNAH
من محاضره غربة السنه واهلها للشيخ محمد بن هادي المدخلي حفظه الله
Diambil dari Muhadharah dengan judul: “TERASINGNYA SUNNAH DAN PENGIKUTNYA”
Oleh : Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali
ولا يستغرب، ففي هذا الزمن لا يستغرب شيء، وأنت ترى يعني: كثيرًا من
الناس يتضايقون من بعض دعاة السنة، فتارة يصفونه بالْمُنَفِّر لكثرة دعوته
إلى السنة والأخذ بها، ولكثرة بغضه للبدع والتحذير منها، نعم، فإن الإنسان
إذا بلغ إلى هذه الدرجة فإنه يجد أسىً في نفسه، ويجد كمدًا في نفسه وربما
تضيق به الدنيا، ولكن يسليه ما يقرأه في هذه النصوص التي جاءت عن الله وعن
رسوله-صلى الله عليه وسلم-.
Tidaklah asing, pada zaman ini tidaklah hal ini menjadi sesuatu yang asing lagi.
Bahkan engkau melihat, yaitu kebanyakan manusia merasa sempit dengan sebagian dai-dai sunnah.
Terkadang mereka mensifati dai tersebut dengan sebutan munaffir
(orang yang membuat lari dari dakwah -pent), karena ia banyak mengajak
pada sunnah dan mengambil darinya.
Juga karena kebenciannya terhadap bid’ah dan memperingatkan darinya.
Iya, karena jika seseorang telah berdakwah sampai pada tingkatan ini
(mengajak kepada sunnah dan memperingatkan dari bid’ah -pent), maka ia
akan mendapati kesedihan yang menimpa dirinya, ia juga akan mendapatkan
rasa sakit yang mendalam pada jiwanya, bahkan terkadang dunia ini terasa
sempit baginya.
Akan tetapi hendaklah ia berusaha menghibur dirinya dengan apa yang
ia baca dari nash-nash yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya
shalallahu ‘alaihi wa sallam.
فينبغي للعبد أن لا ييأس، لأن الناس لا يمكن أن يمشوا معك على طريقة
واحدة، ولا يمكن أن يوافقوك في كل ما تقول، فأنت عليك أن تطلب رضا
الله-تبارك وتعالى-، وعليك بأن تنظر ما كان عليه السلف الصالح-رضي الله
تعالى عنهم-، فإنهم هم الأسوة بعد رسول الله-صلى الله عليه وسلم-وأصحابه
وبهم القدوة، (أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللّهُ فَبِهُدَاهُمُ
اقْتَدِهْ)(الأنعام/90).
Semestinya bagi seorang hamba untuk tidak putus asa. Karena tidaklah
mungkin seluruh manusia dapat berjalan bersamamu pada satu jalan yang
sama.
Tidak mungkin pula mereka akan mencocoki semua yang engkau katakan.
Maka yang wajib atasmu adalah untuk mencari ridha Allah -Tabaraka wa
ta’ala- dan juga wajib atasmu agar melihat kepada pengalaman para
Salafush Shalih – radhiyallahu ‘anhum- yang mereka berada di atasnya.
Karena mereka adalah suri tauladan setelah Rasulullah -shalallahu
‘alaihi wa sallam- dan para sahabatnya, dan pada merekalah terdapat
contoh yang baik.
Allah berfirman :
(أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ)(الأنعام/90)
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (al-An’am : 90)
فيجب على الإنسان أن لا ييأس، وليعلم أن هذه الدنيا وإن ابتلي فيها فهي
محل عبور وليست محل قرار، وأن دار القرار عند الله هي الدار الآخرة، فإما
جنة عدن-نسأل الله من فضله-، وإما نار تَلَظَّى-نسأل الله العافية
والسلامة-.
Maka wajib atas setiap orang untuk tidak berputus asa. Ketahuilah,
sesungguhnya dunia ini, jika engkau diberi ujian di dalamnya, maka dunia
ini akan berlalu dan tidak akan kekal.
Dan sesungguhnya negeri yang kekal di sisi Allah adalah negeri
Akhirat. Bisa jadi di dalam Surga ‘Adn -kita meminta pada Allah
karunia-Nya-, atau bisa jadi di dalam Neraka yang menyala-nyala -kita
meminta kepada Allah penjagaan dan keselamatan-.
ولهذا يقول ابن القيم كما نعلم جميعًا في الميمية: فحي على جنـات عـدن
فإِنـهـا منازلك الأُولى وفيها المخيــــم ولكننا سبى العـدو، فهــل تـري
نعـود إِلى أَوطاننـا ونسلــــم وقد زعمـوا أن الغريــب إذا نأي وشطت به
أوطانـه فهـو مغــرم وأي اغتراب فوق غربتنــا التــي لها أضحت الأعـداء
فينا تحكــم
Oleh karena itu telah berkata Ibnul Qayyim, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama dalam al-Mimiyyah :
“Marilah menuju Surga ‘Adn, sesungguhnya disana adalah tempat tinggalmu yang utama, dan di dalamnya terdapat kemah-kemah.
Akan tetapi kondisi kami adalah sebagai tawanan musuh. Maka apakah
engkau memandang kami dapat kembali ke tempat tinggal kami dalam keadaan
selamat?
Sungguh mereka menyangka, bahwa orang asing yang jauh dari tempat
tinggalnya dan tempat tinggalnya pun jauh darinya pastilah dia seorang
yang merugi. Dan keterasingan mana yang melebihi keterasingan kami, yang
padanya para musuh menghakimi kami?”
ولا شك أن الإنسان إذا بلغ إلى مثل هذه المرحلة، فإنه قد يأتيه أحيانًا
شيء من الضجر، ويأتيه أحيانًا شيء من الملل، ويأتيه أحيانًا شيء من اليأس،
لكن المؤمن عليه أن يصبر نفسه ويسلي نفسه، وعليه أن يحتسب الأجر عند
الله-تبارك وتعالى-، ويعلم أنه مهما بلغ الناس في أذيته فإنها أيام قلائل
وسينتقل عن هذه الدار إلى دار القرار عند الله-تبارك وتعالى-.
Tidak diragukan lagi bahwa seseorang jika telah sampai pada tingkatan
semisal ini, terkadang datang padanya rasa jemu, dan terkadang datang
pula rasa bosan, bahkan terkadang datang rasa putus asa.
Tetapi wajib atas seorang Mukmin untuk bersabar dan menghibur
dirinya. Wajib atasnya untuk meniatkan karena pahala di sisi Allah
-Tabaraka wa ta’ala-.
Dan hendaknya ia mengetahui bahwa bagaimanapun manusia menyakitinya,
maka sesungguhnya hal tersebut hanya sebentar dan ia akan berpindah dari
negeri ini (dunia) kepada negeri yang kekal di sisi Allah -Tabaraka wa
ta’ala (akhirat).
فعليه أن يؤمن بهذا، وعليه أن يصبر وأن يصبر نفسه على ذلك، وأن يحتسب،
فإن الله-تبارك وتعالى-يأجره على هذا، وإذا تذكر ما ورد في النصوص فإنه
يهون عليه ولا يستوحش بإذن الله-تبارك وتعالى-، فإن أهل العلم هم الذين
أنار الله بصائرهم، ونَوَّر قلوبهم فانتفعوا بهذا العلم، فصلحوا في أنفسهم
ودعوا الناس غلى الصلاح، ولو لم يَهْدِي الله بك إلا رجلًا واحدًا لكان
خيرًا لك من حمر النعم.
Maka wajib baginya untuk beriman dengan hal ini, dan baginya untuk
bersabar dan menyabarkan dirinya atas hal tersebut dan meniatkannya
(karena Allah).
Sebab Allah -Tabaraka wa ta’ala- akan memberinya ganjaran atas hal
ini. Dan jika engkau mengingat apa yang terdapat pada nash-nash,
sesungguhnya hal ini mudah atasmu dan tidak membuatmu merasa enggan atas
izin Allah -Tabaraka wa ta’ala-.
Karena sesungguhnya ahlul ilmi adalah orang-orang yang Allah beri
cahaya terang pada penglihatan mereka dan Allah beri cahaya pada
hati-hati mereka, maka mereka dapat memberi manfaat dengan ilmu ini.
Mereka berusaha memperbaiki diri-diri mereka dan menyeru manusia pada
perbaikan.
Meskipun Allah tidak memberi hidayah melalui dirimu kecuali hanya
satu orang saja, sungguh hal itu lebih baik bagimu dari unta-unta merah.
فعليك أن تصبر في هذه الحياة، وأن تعلم أن الناس في هذا إما عالم وإما
متعلم وإما همج رعاع أتباع كل ناعق، كما قال أمير المؤمنين علي بن أبي
طالب-رضي الله عنه-في وصيته لكميل بن زياد، فوصف هؤلاء الهمج الرعاع أتباع
كل ناعق لأنهم يميلون مع كل صايح، كلما صاح بهم صايح تبعوه لماذا؟، لأنهم
لم يستضيئوا بنور العلم ولم يأووا منه إلى ركن وثيق، فلأجل هذا تجدهم
يتقلبون، كلما صاح بهم صايح وكلما نعق بهم ناعق تبعوه-نسأل الله العافية
والسلامة-.
Maka wajib bagimu untuk bersabar dalam kehidupan ini, dan hendaknya
engkau mengetahui bahwa diantara manusia ada orang yang ‘Alim (Ulama),
ada yang Muta’allim (pelajar). Dan ada pula orang yang hina, tak
berakal, dan ia mengikuti setiap orang yang meneriakinya. Sebagaimana
Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu ‘anhu- berkata dalam
wasiat beliau kepada Kamil bin Ziyad.
Beliau mensifati orang-orang yang hina, tak berakal, dan mengikuti
setiap orang yang meneriakinya dikarenakan mereka condong kepada setiap
orang yang berteriak padanya.
Setiap kali seseorang menyeru maka mereka mengikutinya. Kenapa
demikan? Karena ia tidak mendapatkan cahaya ilmu dan ia tidak berlindung
pada prinsip yang kokoh.
Oleh sebab itu engkau dapati mereka berubah-ubah dan tak tentu
arahnya. Setiap kali ada seseorang yang meneriakinya, maka ia akan
mengikutinya -kita memohon kepada Allah penjagaan dan keselamatan-.
فالواجب على دعاة السنة، وأهل السنة أن يصبروا وأن يحتسبوا، وأن يعلموا
أن المخذل لن يسلموا منه، فعليهم أن يقابلوا تخذيله بقراءة هذه النصوص فإن
فيها سلوة لهم بإذن الله-تبارك وتعالى-، وأما المخالف أمره أظهر وأظهر لأن
أهل السنة ولله الحمد لا ينخدعون به، لا ينخدعون به.
Maka wajib atas Dai-dai Sunnah dan Ahlus Sunnah untuk bersabar dan meniatkan dakwahnya (karena Allah).
Dan hendaknya mereka tahu bahwa mereka tidak akan luput dari (bahaya)
mukhadzdzil (orang yang menelantarkan -pent). Maka atas mereka untuk
menghadapi penelantaran tersebut dengan membaca nash-nash, karena pada
nash-nash tersebut terdapat kebahagiaan bagi mereka (Ahlus Sunnah)
dengan izin Allah -Tabaraka wa ta’ala-. Adapun mukhalif (orang yang
menyelisihi, ahli bid’ah,pent) maka perkaranya jelas dan gamblang,
karena Ahlus Sunnah -bagi Allah segala pujian- tidaklah tertipu
dengannya, tidak terpedaya dengannya.
فعلى العبد أن يتقي الله-تبارك وتعالى-في نفسه، ولا يصده مثل هذا،
وليعلم أن قلة عدد لصالحين وقلة المستجيبين لهم والقابلين منهم، وكثرة
المخالفين للدعاة إلى الحق، وكثرة العصاة لهم هذا لا يضر، وليس دليلًا على
أنهم ما استخدموا الطرائق الصحيحة في الدعوة، فإن النبي-صلى الله عليه
وسلم-قد أخبر أنه: (يأتي يوم القيامة النبي ومعه الرهط، والنبي ومعه
الرهيط، والنبي ومعه الرجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد)، فهل هذا دلالة
على أنه لم يحسن الدعوة؟، لا إنما هذا دلالة على فساد المدعوين.
Hendaknya seorang hamba bertakwa kepada Allah -Tabaraka wa ta’ala-
pada dirinya sendiri, dan janganlah mencegahnya dalam berdakwah karena
hal-hal yang semisal dengan ini. Ketahuilah bahwa jumlah orang-orang
yang shalih itu sedikit dan sedikit pula jumlah orang-orang yang
menerima dan mempercayai mereka.
Sebaliknya, amat banyak orang-orang yang menyelisihi dai-dai yang
menyeru kepada al-Haq, dan banyak pula orang-orang yang mendurhakai
mereka. Tetapi hal ini tidaklah membahayakan mereka, dan hal ini
bukanlah suatu dalil yang menunjukkan bahwa mereka tidak mempergunakan
cara-cara yang shahih dalam berdakwah.
Sunguh Nabi -shalallahu ‘alaihi wa sallam- telah mengkabarkan bahwa :
“Akan datang pada hari kiamat seorang Nabi dan bersamanya sekelompok
orang, juga datang seorang Nabi dan bersamanya kelompok yang lebih
kecil, ada pula seorang Nabi dan yang bersamanya hanya satu atau dua
orang saja, bahkan datang seorang Nabi dan tidak ada seorang pun yang
bersamanya”.
Maka apakah ini suatu pertanda bahwa dakwah yang dilakukan Nabi
tersebut tidak baik? Tidak, itu hanyalah suatu pertanda betapa buruknya
orang-orang yang didakwahi para Nabi tersebut.
فعلى العبد المسلم السني أن يتمسك بدينه، وأن يصبر ويحتسب، فإن
النبي-صلى الله عليه وسلم-قد أخبر هذا التمسك في آخر الزمان، صاحبه في قبضه
وتمسكه بدينه وقبضه على دينه كالقابض على الجمر، فعليه أن يقرأ هذه النصوص
فإنه سيجد فيه سلوته، ولا يغتر ولا يؤثر فيه هذا الكلام الذي نسمعه هذا
اليوم خاصة ممن ينتسب للأسف، أحيانًا تجد هذا الكلام وتسمعه ممن ينتسب إلى
السنة، فتارة تجده يصف أهلها الصادقين الدعة إليها، الحريصين على تنقية
سبيلها وطريقها من كل المخالفات صغيرها وكبيرها، تجده يصفه بالشدة، تجده
يصفه بالغلو، تجده يصفه بالجراحين، هؤلاء ما عندهم إلا إسقاط الناس، طائفة
المسقطين.
Hendaknya bagi seorang hamba Muslim Sunni untuk berpegang teguh
dengan agamanya, dan hendaknya ia bersabar serta meniatkannya hanya
karena Allah.
Sungguh Nabi -shalallahu ‘alaihi wa sallam- telah mengkabarkan
keadaan orang yang berpegang teguh dengan Agama Islam di akhir zaman.
Orang yang menggenggam dan berpegang teguh pada agamanya, seakan-akan
seperti orang yang menggenggam bara api.
Maka hendaknya ia membaca nash-nash karena ia akan memperoleh
kebahagiaan dengannya. Janganlah ia lengah dan terpengaruh dengan
ucapan-ucapan ini, yang kami mendengarnya pada hari ini. Terkhusus dari
orang-orang yang menyebutkannya untuk membuat kesedihan.
Terkadang engkau mendapati ucapan-ucapan seperti ini yang engkau dengar dari orang-orang yang menisbatkan kepada sunnah.
Maka engkau mendapatinya mensifati pengikut sunnah, orang-orang yang
jujur dalam dakwah kepadanya, dan orang-orang yang semangat dalam
memurnikan jalannya dari seluruh penyimpangan-penyimpangan, baik yang
kecil maupun yang besar. Engkau mendapatinya dalam keadaan mensifati
pengikut sunnah ini dengan sifat keras, ghuluw (berlebihan), dan dengan
berbagai caci makian.
Orang-orang ini, tidak ada pada mereka kecuali hanya menjatuhkan
manusia. Mereka itulah kelompok musaqqithin (orang-orang yang senang
menjatuhkan -pent).
انظر إلى هذه الألقاب الشنيعة التي يتظاهرون فيها بأنهم هم الحريصون على
هداية الناس، وهم الحريصون على إقامة الناس على الحق، وان هؤلاء ليس لهم
هم إلا الهدم، يشوهون سمعة أهل السنة الحقيقيين الصادقين، وهذا ليس بغريب،
ليس بغريب فقد قيل مثل هذا في أحمد-رحمه الله-في الزمن الغابر، وقد قيل في
غيره من أئمة الهدى-رحمهم الله-ولكن ما ضرهم.
Lihatlah kepada julukan-julukan yang jelek ini, yang telah mereka
lekatkan pada pengikut sunnah. Dalam keadaan mereka adalah orang-orang
yang semangat dalam menyampaikan hidayah kepada manusia, dan mereka juga
bersemangat dalam menegakkan manusia di atas haq.
Tetapi sesungguhnya orang-orang ini, tidak ada pada mereka kecuali
hanya ingin merobohkan. Mereka dengki pada reputasi Ahlus Sunnah yang
benar lagi jujur. Ini bukanlah hal yang asing, bukan sesuatu yang
asing.
Sungguh telah dikatakan hal semisal ini pada Imam Ahmad
-rahimahullah- pada zaman dulu, dan juga telah dikatakan pada yang
selainnya dari Imam-imam pembawa petunjuk -rahimahumullah-. Namun semua
ini tidak memberi madharat (bahaya) pada mereka.
فعلى الإنسان أن يقرأ أيضًا بعد كتاب الله وسنة رسوله-صلى الله عليه
وسلم-وسماع هذه النصوص عليه أن يقرأ سير السلف الصالحين، الذين كانوا في
هذا الباب مضرب المثل-رحمهم الله تعالى ورضي عنهم-فإن في قراءة قصصهم
وأحوالهم وأخبارهم سلوة له بإذن الله-تبارك وتعالى-.
Maka atas seseorang, disamping membaca kitab Allah dan sunnah
Rasul-Nya -shalallahu ‘alaihi wa sallam- serta menyimak nash-nash ini.
Hendaknya ia juga membaca kisah perjalanan para salafush shalih
(pendahulu yang shalih -pent), yang pada mereka -rahimahumullah-
terdapat contoh dalam permasalahan ini.
Karena dengan mengetahui kisah, kondisi, serta keadaan mereka
terdapat kebahagiaan baginya (ahlus sunnah) dengan izin Allah -Tabaraka
wa ta’ala-
وليعلم أن من يقول هذه المقالات لا يضره بإذن الله-تعالى-، لأنه إنما هو
مخذل، والنبي-صلى الله عليه وسلم-قد أخبر أن المخذل لا يضر، نعم يؤذيك
أذىً ظاهرًا لكنه لا يضر دين الله شيئًا، والحق سينتصر والدالة له والظهور
له، والغلبة له، وأشد ما يكون هذا على الإنسان كما قلت لكم من ينتسب إلى
السنة أو يتظاهر بالسنة وبالعلم فيها، ولكنه يخذل عن أهلها بطرائق
متعددة-فنسأل الله العافية والسلامة-.
Ketahuilah bahwa seluruh ucapan ini tidaklah memadharatkannya dengan
izin Allah -Tabaraka wa ta’ala. Karena mereka hanyalah seorang
mukhadzdzil, dan Nabi -shalallahu ‘alaihi wa sallam- telah mengkabarkan
bahwa seorang mukhadzdzil tidak akan memberi madharat. Ya, ia memang
memberimu gangguan secara dzahir, tetapi ia tidak dapat memberi madharat
sedikit pun pada agama Allah. Karena al-Haq akan selalu ditolong, akan
selalu tersebar, nampak, serta menang.
Dan yang paling menyakitkan dari apa yang terjadi pada manusia adalah
sebagaimana yang telah aku sampaikan, bahwa ada orang-orang yang
menisbatkan diri mereka kepada sunnah, atau menampakkan dengan sunnah
dan ilmu, tetapi ia menelantarkan pengikut Sunnah dengan berbagai cara.
Maka kita meminta kepada Allah penjagaan dan keselamatan.
أسأل الله سبحانه وتعالى بأسمائه الحسنى، وصفاته العلى، أن يرزقنا
وإياكم الفقه في الدين والبصيرة فيه، وأن يثبتنا وإياكم جميعًا على الحق
والهدى، وأن يعصمنا وإياكم من الفتن ما ظهر منها وما بطن، وأن يتوفانا وهو
راضٍ عنا، إنه ولي ذلك والقادر عليه.
Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan Nama-nama-Nya
yang terpuji dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, agar merizqikan kepada
kami dan kalian kefaqihan agama dan bashirah padanya. Agar mengokohkan
kami dan kalian semua di atas kebenaran dan petunjuk. Agar menjaga kami
dan kalian dari fitnah yang nampak maupun yang tersembunyi, serta
mewafatkan kita dalam keadaan Dia ridha kepada kita. Sesungguhnya Dia
adalah Pelindung dari semua itu dan Dia-lah yang Maha Mampu atasnya,
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين، وصلى الله وسلم وبارك على عبده ورسوله نبينا محمد وعلى آله وأصحابه وأتباعه بإحسان.
Inilah yang dapat kami sampaikan. Segala puji bagi Allah Rabb semesta
alam, semoga shalawat dan salam, serta barakah terlimpahkan kepada
hamba dan rasul-Nya, Nabi kita Muhammad, beserta keluarganya, para
shahabatnya, dam para pengikutnya dengan baik.
***
Sumber:
Alih Bahasa: Syabab Forum Salafy Indonesia
Sumber Artikel: ForumSalafy.net