Ditulis oleh: Al-Ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahullah
تَرْجُو النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا
إِنَّ السَّفِينَةَ لَا تَجْرِي عَلَى الْيَبَسِ
“Engkau mendambakan hidayah namun tidak menempuh jalannya
sesungguhnya kapal itu tidak mungkin berlayar di atas samudra yang kering”
Cukup banyak jalan dan sebab meraih hidayah yang disebutkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Kita akan
menyebutkannya semampu kita dengan taufik dan pertolongan dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
1. Berpegang teguh dengan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Ali Imran: 101)
Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan ayat di atas, “Berpegang teguh
dengan (agama) Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertawakal kepada-Nya
merupakan pegangan dalam hidayah, bekal untuk menjauhi kesesatan, sarana
menuju jalan petunjuk, jalan yang lurus, dan tercapainya cita-cita.”
(Tafsir Ibnu Katsir)
2. Menaati dan mengikuti
Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam dengan menjalankan perintah
beliau dan menjauhi larangannya, mengkaji dan mengamalkan sunnahnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.
Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah)
dengan terang.” (an-Nur: 54)
“Tidak ada jalan bagi kita untuk meraih hidayah melainkan dengan cara
menaati Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam. Tanpa itu maka tidak
mungkin, bahkan mustahil,” tutur asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di
Rahimahullah dalam Tafsir-nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
“… Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang
ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya
(kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (al-A’raf: 158)
3. Menelusuri jejak langkah salafush shalih dalam hal keilmuan dan berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kalian telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk ….” (al-Baqarah: 137)
Maksudnya, tidak ada jalan bagi ahli kitab untuk mendapatkan hidayah
melainkan dengan keimanan kepada apa yang diimani oleh para sahabat—kaum
mukminin yang ada pada masa itu—yaitu keimanan kepada segenap nabi dan
rasul, tidak membedakan di antara mereka, juga beriman kepada
kitab-kitab suci yang diturunkan kepada mereka. (Taisir al-Karim
ar-Rahman)
Ahli kitab tidak mungkin mendapatkan hidayah melainkan dengan mengikuti jejak langkah para sahabat dalam hal keimanan.
Meskipun ayat di atas berkenaan dengan ahli kitab, namun lafadznya umum mencakup siapa pun yang mendambakan hidayah. Yang teranggap adalah keumuman lafadz, bukan kekhususan sebab.
Meskipun ayat di atas berkenaan dengan ahli kitab, namun lafadznya umum mencakup siapa pun yang mendambakan hidayah. Yang teranggap adalah keumuman lafadz, bukan kekhususan sebab.
Maka dari itu, tidak ada jalan bagi siapa pun, untuk meraih hidayah
melainkan dengan meniti jejak langkah salafush shalih dari kalangan para
sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in.
4. Mengikuti bimbingan para ulama As-Sunnah
Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini tentang seruan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kepada ayahnya.
“Wahai ayahku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu
pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku
akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.” (Maryam: 43)
Asy-Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul hafizhahullah dalam kitabnya
Makanatul ‘Ilmi wal ‘Ulama (hlm. 18) tatkala menyebutkan beberapa
keutamaan ulama, mengatakan, “Termasuk keutamaan mereka adalah bahwa
mengikuti mereka merupakan (sebab) hidayah kepada jalan yang lurus.”
Beliau kemudian membawakan ayat di atas, juga surat al-An’am ayat 53.
Beliau kemudian menegaskan, “Barang siapa yang mengikuti ulama maka dia
telah mengikuti jalan yang lurus, sedangkan barang siapa yang
menyelisihi ulama dan menyia-nyiakan hak mereka maka dia telah keluar
menuju jalan setan dan berpisah dari jalan lurus yang ditelusuri oleh
Rasul Shallallahu `alaihi wa sallam dan para pengikutnya ….”
Cermati pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang ucapan orang yang beriman dari keluarga Fir’aun.
Orang yang beriman itu berkata, “Wahai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.” (Ghafir: 38)
5. Merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (al-’Ankabut: 69)
Ayat di atas menjelaskan kepada kita beberapa sebab mendapatkan hidayah, di antaranya:
a. Bersungguh-sungguh mengikuti jalan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
b. Berjihad fi sabilillah melawan musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan ketentuan syariat, mengharapkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
c. Berbuat baik dengan menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
d. Bersungguh-sungguh menimba ilmu syar’i.
b. Berjihad fi sabilillah melawan musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan ketentuan syariat, mengharapkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
c. Berbuat baik dengan menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
d. Bersungguh-sungguh menimba ilmu syar’i.
Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di Rahimahullah menjelaskan ayat di
atas, “(Ayat tersebut) juga menunjukkan bahwa orang yang bersemangat dan
bersungguh-sungguh menimba ilmu syar’i, dia akan mendapatkan hidayah
dan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menggapai apa yang
dicarinya. Pertolongan ini berbentuk petunjuk-petunjuk Ilahi yang di
luar batas kesungguhan seseorang dan kemudahan-kemudahan menggapai ilmu.
Karena, menimba ilmu syar’i termasuk jihad fi sabilillah, bahkan salah
satu dari dua jenis jihad yang tidak dilakukan melainkan oleh
orang-orang khusus, yaitu jihad dengan ucapan dan lisan melawan orang
kafir dan munafik, jihad mengajarkan bimbingan agama, dan jihad dengan
membantah orang-orang yang menyelisihi kebenaran meskipun dari kalangan
muslimin.” (Taisir al-Karim ar-Rahman)
Yang dimaksud dengan orang-orang yang berjihad dalam ayat di atas
adalah Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam, para sahabat, dan para
pengikut beliau hingga akhir zaman, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu
Katsir dalam Tafsir-nya.
Hidayah yang dimaksud dalam ayat ini meliputi hidayah al-irsyad dan
hidayah at-taufiq, di dunia dan di akhirat. (Tafsir Ibnu Katsir)
Sumber: